Indonesian who support traveling with family or kids, take photo and diving

25 March 2020

Life With the Outbreaks, Stay Safe All!

Woow.. long time no see my blog… I just wanna say “stay safe all!”

Banyak sekali yang berubah sejak terakhir nulis, terakhir nulis perjalanan 5 bulan yang lalu. Kalau mau membeberkan alasannya banyak sih, paling utama karena sudah harus kerja lagi, kedua harus menyelesaikan kuliah jarak jauh, nulis dan submit paper termasuk menyelesaikan tesis yang terus-menerus harus revisi hee... 

Dormitory tempat saya tinggal dijadikan Isolation Dormitory



Sekarang, Indonesia sedang darurat bencana karena adanya positif Wuhan Coronavirus atau lebih terkenal dengan nama COVID-19, ada positifnya, ada negatifnya juga.. Kalau buat saya jadinya dua kali kena ini outbreaks, kali pertama di Taiwan dan kali kedua di Indonesia. Anyway saya kali ini saya coba sharing apa yang dilakukan Taiwan terutama kampus NCKU waktu outbreak pertama (Januari – Februari 2020). Setidaknya ada empat hal yang menurut saya patut diacungi jempol dalam pengendalian virus ini.

Pertama, mengaktifkan Alert ke seluruh warga bahwa telah ada wabah di China dan warga agar berhati-hati dan Taiwan CDC (Taiwan Centers for Disease Control) mulai mengambil peran dengan menyurati seluruh elemen termasuk sekolahan, membuat regulasi dan menggunakan social media bahkan menyediakannya dalam 7 bahasa berbeda untuk mengajak warganya waspada. Yang patut diacungi jempol adalah standar penanganan yang tidak berubah-ubah cukup tiga saja self-health management, quarantine, treatment.

Dampak regulasi ini cukup lumayan karena dengan adanya self-health management, masker, sabun dan hand sanitizer jadi cukup langka. Tapi mungkin scenario tidak berhenti sampai di situ. Pemerintah Taiwan mengeluarkan kebijakan pembelian masker terbatas dengan menunjukkan ID card, ibaratnya kalau kamu punya KTP nomor akhir ganjil belinya di hari ganjil (Senin, Rabu, Jumat) dan tidak bisa partai besar, bahkan dipublikasikan secara ilmiah di JAMA Network, dan masuk The Lancet, salah satu jurnal kesehatan internasional.


Kedua, Kampus NCKU membuat protokol untuk pencegahan. Oya.. di Taiwan terutama fasilitas public seperti kampus mengadakan hand sanitizer ataupun thermogun itu bukan perkara sulit karena prosedur seperti ini digunakan juga saat ada DBD sehingga saat outbreaks seperti ini tinggal modifikasi sedikit prosedurnya. Tapi kali ini sedikit berbeda, menurut saya perubahan paling mengejutkan dan dampaknya lumayan juga bagi seluruh mahasiswa itu adalah memperpanjang liburan semester secara umum namun memperpendek liburan khusus untuk mahasiswa tertentu. 

Nah saya masuk yang liburannya harus diperpendek karena simple. Dormitory termasuk kamar saya akan dijadikan ruang isolasi, karena persiapannya mepet maka saya dan rekan-rekan satu dorm harus packing barangnya dan pindah dormitory. Ya mau gak mau harus ambil tiket untuk pindahin barang.

Kalau kuliah online sudah biasa jadi ya tinggal nambah sedikit modifikasi, misal nih kelas seminar yang biasanya 120 orang sekali masuk ruangan, langsung dibuatkan live event seperti webinar dan dibagi ruangannya 60 di ruangan utama, 60 di ruangan lain bahkan bisa nonton dari ruang lab kita sendiri. Intinya meminimalisir kerumunan. Kalau ditanya gimana prayer room? Dengan berat hati prayer room pun closed sesuai dengan arahan dari City Council dan ikut fatwa dari grand mosque juga.

Live Streaming, Kuliah Online bisa disaksikan dimanapun

Jika ada yang saya acungi jempol adalah kemampuan kampus mengoptimalkan IT, setiap masuk kelas tertentu ada scan barcode, fungsinya untuk tracking.. Kamu saat itu ada di kelas dengan siapa, sehingga rekam jejak terlihat.


Ketiga, Mengetatkan perbatasan. Menurut saya ini yang paling pertama diterapkan dan ternyata berhasil mengendalikan sebaran saat outbreaks pertama di China. Seluruh WNA terutama yang dari China, Hong Kong, Macau tidak diperbolehkan masuk. Untuk WNA, kalau mau masuk harus punya resident card Taiwan dan itupun boleh masuk dengan catatan harus karantina dulu 14 hari. Tidak hanya di bandara, di pelabuhan pun sama. 


Bandara Kaohsiung, sepii

Selain itu prosedur self-health management atau karantina ditentukan berdasarkan asal negara keberangkatan, sedihnya saat ini Indonesia termasuk dalam Level 3, yang artinya harus karantina 14 hari tidak boleh keluar rumah. Kalau level 1-2 masih bisa self-health management. Mau break the rules? CCTV dimana-mana broo..

Keempat, Denda. Seluruh pelanggaran akan dikenakan denda penjara dan membayar uang yang tidak sedikit, lumayan juga ini..

Sebenarnya masih banyak lagi seperti bantuan uang, subsidi bahan bakar dan lain-lainnya, namun mungkin itu aja udah cukup. 

Nah gimana pengalaman saat outbreak pertama? Secara umum selama penanganan outbreak di Taiwan kami gimana? ngapain? Ya tetap belajar, pakai masker untuk jaga-jaga, trus mengurangi kumpul-kumpul. Kalau dulu minimal 4x kumpul-kumpul. Khawatir nggak? justru disini karena masyarakatnya berpikir positif dan follow the procedure jadi nggak khawatir, tracking-nya pemerintah Taiwan juga cukup baik.

Kalau yang paling agak deg-degan paling saat setiap hari pengawas dormitory mengawasi saya, tiap hari !! (karena paling terakhir pindahan), pintu keluar yang sebelumnya 3 yang dua digembok, jadi cuma satu pintu, kamar lain sudah kosong (iki kok koyo dormitory kosong).  Puncaknya pas saya keluar dormitory pas bus pertama rombongan mahasiswa yang harus karantina datang..

Kalau di Indonesia bagaimana? Ya pesan saya, di rumah saja.. iya di rumah aja.. kecuali mendesak misal membeli barang penting misal untuk preventif, untuk makan dan yang penting-penting lainnya. Saat keluar pun waspada, sampai rumah baju langsung masuk cucian, mandi dulu, HP dilap dengan alkohol / hand sanitizer, baru kontak erat dengan keluarga. 

---

Ditulis saat work from home, abis ngeliat kalau di kelurahan tempat tinggal sudah positif 4 dan hopefully, baru aja beberapa hari lalu dapat berita “go ahead for your thesis, our paper is accepted”, bagi saya ditengah-tengah situasi work from home karena COVID-19 itu sesuatu dan membuat kepercayaan diri meningkat. 


14 hari itu gak lama, tiga bulan yang lalu aja makan apa udah lupa, apalagi setahun lalu ? lupa kan ngapain aja… Sedekahkan waktumu 14 hari dengan niat untuk kebaikan, insya Allah baik..


Alhamdulillah ‘ala kulli hal


0 comments:

Post a Comment

Copyright © West Borneo Road Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com