Indonesian who support traveling with family or kids, take photo and diving

30 October 2016

Meniti Pesona Jawa Tengah di Setiap Kilometernya

Sedikit asing ketika saya membaca tulisan di bus yang melaju di jalan nasional dalam perjalanan menuju ke Jawa Tengah, "Jakarta - Karang Pucung via Majenang", pikir saya Jawa bagian mana lagi ada nama daerah Karang Pucung dan Majenang. Tanpa ambil pusing, saya ikuti bus tersebut yang ternyata sangat mahir dan meliuk-liuk menuju ke bagian selatan Jawa.

Road trip saya di Jawa Tengah pun dimulai, untuk menjelajah daerah yang telah lama saya tinggalkan. Yup, saya masih menyimpan SIM (surat izin mengemudi) yang diterbitkan oleh Kepolisian Daerah Jawa Tengah, tentunya saat ini sudah tidak berlaku dan sudah diganti dengan yang baru dari daerah lain... Ketika saya melewati gapura selamat datang di Jawa Tengah, saya takjub, bagaimana tidak, ini merupakan pengalaman pertama saya melakukan perjalanan darat ke Jawa Tengah dan terjawablah rasa penasasran saya terhadap Karang Pucung dan Majenang yang ternyata berada di Kabupaten Cilacap.. kedua daerah ini termasuk kecamatan ter-ujung barat dari Jawa Tengah walaupun dari namanya sepertinya masih terdengar sunda, dan saya baru tahu... *parah juga geografinya*... Perjalanan kami hentikan sejenak untuk istirahat di kota Cilacap.
 
Cilacap yang berada di bagian ujung selatan Jawa Tengah ini ternyata mempunyai potensi wisata yang sangat menarik, pantai menjadi kekuatannya.. sore hari saya dan keluarga bermain di Pantai Teluk Penyu dan menikmati masakan seafood yang enak dan segar saat disantap.

Pengunjung sedang menaiki perahu di pinggir pantai Teluk Penyu


Tak lengkap ke Cilacap kalau tidak ke Nusakambangan, rasa penasaran saya memuncak, saya terngiang cerita Nusakambangan yang konon mirip Alcatraz *serem sepertinya*... sehingga esok harinya saya memutuskan ke pelabuhan untuk mencoba ke Nusakambangan. Dugaan saya diputarbalikkan saat sampai di Pulau Nusakambangan, ternyata pulau ini tertata rapi dan mempunya potensi wisata pantai.

Pantai di Nusakambangan

Di Cilacap jangan tinggalkan kesempatan berfoto di depan tangki-tangki milik Pertamina, ya.. dimana lagi anda bisa berpose dengan latar belakang tangki-tangki raksasa?... Setelah cukup, kami beranjak kembali ke mobil, menyetir kembali di jalan-jalan Jawa Tengah dan memilih ke arah Dieng, tempat yang memiliki sisi romantisme antara saya dan istri saya. Jalan yang kami pilih adalah melewati Banjarnegara, saya terkejut saat sampai di Banjarnegara, bagaimana tidak, ini merupakan kali pertama kali saya ke sana... *apalagi istri dan anak saya*..

Saya baru tahu di Banjarnegara ada tempat yang asik untuk liburan, namanya Surya Yudha Park, akhirnya karena bujuk rayu, saya dan anak saya nyemplung sebentar. Disini ada beberapa wahana yang keren, ada kolam air, kolam ombak, hingga rafting.... tak sempat ke Singapura? replika patung Merlion pun ada..

Kolam Surya Yudha Park, Banjarnegara

"iki Jawa Tengah tho? nggumun aku..." guman saya sebelum meninggalkan Banjarnegara.

Setelah cukup, kami teruskan perjalanan ke Wonosobo dan puncaknya ke Dieng, jalannya yang berkelok-kelok mengingatkan saya dengan istri waktu bisanya motoran, jalan-jalan ke Dieng hanya untuk menikmati udara gunung yang sejuk terus langsung pulang lagi, karena kalau telat pulang kabut di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing sudah pekat... tak aman...

Telaga Warna, Dieng

Makan jagung bakar dulu

Menyantap jagung bakar sambil melihat keindahan alam yang dimiliki Dieng ternyata melupakan saya dari rutinitas pekerjaan, tak terlihat angka-angka di Dieng, yang ada adalah keindahan dari Sang Kuasa.. ahh.... kecantikan sunrise di bukit Sikunir yang tak sempat kami lihat sudah cukup terobati dengan suasana seperti ini ditambah kesempatan menghabiskan semangkuk Mie Ongklok khas Wonosobo yang istri saya sangat suka.

Kami sudah menginap di daerah Cilacap, istri saya sudah dapat SMS dari temannya yang ngajak main ke Bandungan, mereka bareng keluarga juga... pucuk dicinta ulam pun tiba, diputuskanlah menginap sharing di Bandungan, daerah sekitar Ambarawa yang menyimpan spot wisata menarik. Perjalanan dari Wonosobo pun dilanjutkan, lalu menembus jalan kecil di daerah Sumowono, daerah dengan jalan menegangkan bagi yang suka perjalanan darat. Rute ini diberi tahu oleh rekan saya dari Semarang, kamipun sampai di Bandungan dengan cepat dan selamat.

Penginapan di Bandungan, brrrr....

Jawa Tengah terkenal dengan pesona sejarahnya, banyak candi-candi, museum dan bangunan bersejarah menyimpan pesona wisata tersendiri. Salah satunya candi Gedong Songo yang termasuk candi Hindu ini berada di Bandungan, dekat tempat saya menginap. Suasana sejuk khas pengunungan dan pemandangan yang apik tersaji disini. Tak banyak candi yang berada di dataran tinggi di Jawa Tengah, saya hanya tahu tiga tempat, di Bandungan, Tawang Mangu dan Dieng.

Kawasan Candi Gedong Songo

Menaiki kuda di kawasan Candi Gedong Songo

Anak dan istri saya menikmati bermain di sekitar candi Gedong Songo ini, bagaimana tidak, disini yang merupakan objek wisata ada fasilitas tunggangan kuda yang mungkin sulit didapat, walaupun bertarif? coba dimana? Bromo? Lembang?.. Tawangmangu? Ini sebuah kemajuan pariwisata.

Tak jauh dari Bandungan kami berhenti sejenak di Umbul Sidomukti, tempat yang menurut istri saya dari hasil googling dan blogwalking ada tempat bermainnya. Akhirnya nyemplung juga di kolam yang mempunyai pemandangan indah tersebut.

Umbul Sidomukti

Pemandangan dari Umbul Sidomukti

Perjalanan belum usai, dan anak saya yang powernya lebih, gimana coba, kami udah capek dia masih on fire, saya kadang gumun sama anak satu ini, tahu aja kapan harus tidur dan kapan on fire. Kalau jalan masih jauh dia tidur di mobil, bangun kalo pas laper, pas mobil berhenti macet atau sampai tempat tujuan, apa indera keseimbangannya punya pendeteksi khusus kendaraan berhenti, mana kadang ngeces juga, hehe.... untungnya istri saya selalu bawa baju ganti lebih, kadang-kadang kalau anak saya keringatan bajunya diganti.
Kota terdekat adalah Ambarawa, di sini ada museum yang terkenal dan satu-satunya di Indonesia, yup adalah Museum Kereta Api, museum ini menyimpan koleksi dari lokomotif yang pernah berjasa untuk membangun Indonesia, dan mungkin ikut dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Museum Kereta Api, Ambarawa

Saya dan istri sempat beradu argumen tentang tujuan selanjutnya, Magelang atau Salatiga? saya memilih Magelang ada tempat penginapan yang cukup lumayan, ada tempat permainan taman Kiyai Langgeng, ada mall, kulinernya juga lumayan seperti favorit saya Sop Snerek namun apa dikata justru Salatiga yang dipilih, walaupun jurus alasan saya "kan dari Magelang bisa langsung Salatiga via Kopeng"... alasannya simpel, karena ada keluarga yang menawarkan tempat menginap yang tentunya bisa mengurangi biaya, dan kalau mau bermain dia yang bertanggung jawab. Okelah, berbekal GPS kami dari Ambarawa melewati Banyubiru, daerah pinggir Rawa Pening yang terkenal menuju Salatiga.

Esok paginya, saya langsung menikmati teh panas serta ketela goreng buatan saudara istri saya, batin saya inilah karakter wong Jowo yang ramah, di pagi itu juga saya berfikir keras apa yang bisa dinikmati oleh anak saya di sekitar Salatiga, pikir saya bangunan bersejarah atau lainnya... ternyata lamunan dihentikan oleh anak saya yang berlari keluar dari rumah, saya pikir gempa atau ada apa, ternyata odong-odong sudah ada di luar rumah.

Bocaaaaah... ternyata nyari odong-odong

Mobil gowes di Lapangan Pancasila, Salatiga

Malamnya menikmati suasana riuh di Lapangan Pancasila, Salatiga, naik mobil gowes... ahh, begini saja anak saya sudah senang... Wisata tak hanya ke tempat - tempat terkenal saja, tapi dengan menikmati hal-hal yang tidak terdapat di rumah itu juga termasuk wisata.

Kota Solo (dari kata Sala) atau kadang disebut Surakarta sangat membekas di pikiran saya, gimana nggak.. di kota ini saya mengalami bandel-bandelnya saya... patah tangan sampai dua kali di lapangan bola yang sama, bocor kepala sampai harus ngendon di Rumah Sakit, di kota ini pula saya digembleng untuk mandiri dan bangkit dari keadaan untuk meraih cita-cita... Dari sekian banyak hal terbesit dari kota Soto dalam pikiran saya hanya dua waktu itu.. HIK (Hidangan Istimewa Kampung alias Angkringan) dan Soto, pilihan jatuh kepada semangkuk Soto, eh tiga ding.. 

Soto Ayam Pak Harto
Soto berkuah bening khas solo dengan suwiran ayam ini sangat memanjakan lidah saya ditambah sate ayam yang bisa saya habiskan 5 tusuk sendiri, penjual soto ini sudah dua generasi berjualan, saya termasuk beruntung bisa menikmatinya.

Kami menginap di Solo Paragon Hotel, hotel yang saya tahu terletak di tengah-tengah kota Solo, dekat lapangan Kotabarat yang terkenal dengan tempat kuliner kota Solo, menu susu segar coklat panas dari Shi-Jack favorit saya.

Malamnya di hotel, telepon istri saya berdering.. Tetangga saya sebelah rumah yang ternyata orang Cepu memberikan rekomendasi destinasi wisata di Blora. Sambil manggut-manggut istri saya mencatatnya sambil bilang ke saya setelah menutup teleponnya "kita belum pernah ke sana kan pah?"

Setelah renang dan check out dari hotel kami langsung ke bergerak ke Tawangmangu, rencananya kami mau ke Grojogan Sewu, kebun Teh Kemuning dan mendongengkan kepada anak saya tentang serunya camping dan mendaki Gunung Lawu. Sampai di Tawangmanu, dan membayar retribusi kami baru sempat berhenti makan di sebuah warung, ketika memeriksa mobil, lampu kabut sebelah kiri pecah terkena batu dan mungkin konslet sehingga lampunya mati, mungkin karena ada saja batu di jalan berkelok-kelok sehingga kami terpaksa demi alasan keselamatan karena lampu mati kami harus segera kembali ke Solo dan hanya menikmati makan di Tawangmangu dan menghirup udara sejuknya lereng Gunung Lawu yang tak tergantikan... Di Tawangmangu saya sempat bercengkrama dengan rombongan touring dari Jogja yang mau ke Madiun, mereka memilih lewat Tawangmangu karena ingin menikmati keindahannya.

Mampir di Warung Makan Bu Sri, Tawangmangu

Untung saja di Solo ada bengkel yang dapat menangani kasus mobil kami, sehingga lampu mobil bisa menyala kembali dan segera kami menuju ke daerah tetangga saya, Cepu.. Perjalanan ke Cepu dari Solo bagi saya merupakan perjalanan yang paling berat dan menantang di Jawa Tengah.

"jika menghindari lubang di jalan itu membuatmu semakin cinta dan ingat dengan jalan tersebut, maka nikmati setiap goyangannya, karena pas kamu kembali lewat jalan yang sama, belum tentu goyangan itu masih ada..."

cek ban dulu


Jalan menuju ke Cepu mengingatkan saya sewaktu dulu pernah ditugaskan terjun ke masyarakat di Juwangi, Boyolali.. melewati dan membelah hutan yang hawanya panas, ditambah ban kempes. Sesampainya di Cepu kami langsung tidur, capeek..

Grand Mega, Cepu

Paginya kami diajak menikmati wisata sumur minyak Wononcolo, satu-satunya sumur minyak di Indonesia yang ditambang oleh rakyat, bagi saya orang teknik, ini sangat menarik sekali.

Sumur minyak yang ditambang rakyat

Selama perjalanan dari Cepu ke Semarang, kami tak sempat ke Lasem sehingga tidak banyak yang spesial, kecuali hati dan pikiran saya dibuat terhenyak oleh diskusi dengan ibu penjual nasi Gandul di alun-alun Pati, anaknya sukses kerja di pertambangan daerah Kalimantan, karena dia termasuk yang berhasil di sekolahnya... Kami dibuat tersadar, pariwisata tidak sekedar foto, tapi ada cerita dibalik aktor pendukung dan keluarganya yang sukses karena pariwisata.


Ahh... sampai juga di Semarang, masuk kota ini langsung ingat jaman AADC, gimana tidak.. saya dan teman-teman dulu rela ngebis dari Solo ke Semarang hanya untuk nonton bioskop.. hahaha... kali ini tidak ada nostalgia nonton bioskop, yang kami tuju pertama kali adalah warung Bakmi Semarangan Dul Numani, di Jalan Pemuda, Semarang.. mau nostalgia mie dulu... Mie Goreng yang saya pilih karena teksturnya dan rasa mie yang cenderung manis menjadi alasan saya memilihnya.
 
Jalan Pemuda diwaktu malam

Mie Goreng Semarangan


Menginap di mess Masjid Agung Jawa Tengah

Sejatinya kami di Semarang mau beristirahat, karena dipesankan satu kamar mess di Masjid Agung Jawa Tengah oleh saudara saya, lalu mengakiri perjalanan dan kembali ke Jawa Barat. Tapi rugi kalau sudah ke Semarang tapi tidak berkunjung ke rumah teman, namun acara silaturahmi dibatalkan karena dapat info kalau anaknya teman istri saya dirawat di salah satu rumah sakit di Semarang, kami pun ke sana. Ke rumah sakit di Semarang mengingatkan saya akan RS Tlogorejo sekarang besar dan baru, namun suatu prasasti di dalam rumah sakit tersebut mengingatkan saya tentang umurnya, bangunan yang mungkin dulu mempunyai sejarah khusus. Potensi bangunan-bangunan bersejarah di Semarang tentunya sangat banyak, mulai dari bangunan di kawasan kota tua hingga Lawang Sewu yang terkenal.

Langsung akrab

Prasasti di RS Tlogorejo, Semarang

Siangnya kami memutuskan untuk kembali ke Jawa Barat, mengakhiri perjalanan kami melintasi Jawa Tengah dengan pesona wisatanya. Saat sampai daerah Kendal, saya sempat berhenti sebentar karena melihat ada rumah-rumah yang bentuknya aneh, ternyata itu kawasan pembuatan batu bata di Kendal, potensi wisata disini tentu saja sangat tinggi dan bisa jadi kawasan wisata baru di Jawa Tengah. Bagaimana tidak, dimana lagi ada kawasan wisata pembuatan batu bata? Kalau saja kawasan sentra pembuatan genteng seperti di Kebumen dan sentra pembuatan batu bata di Kendal dijadikan kawasan wisata, masuk dalam hot-spotnya google map, tentu akan menambah minat orang-orang yang mempunyai passion di bidang teknikal dan travelling untuk mengunjunginya... mungkin beberapa tahun kemudian ada wisatawan yang bertanya kepada pengrajinnya... di suhu berapa pak pembakaran batu bata yang sempurna? sudah ada hasil laboratoriumnya belum?... mimpi yang mungkin bisa menjadi nyata..


Kampung pengrajin batu bata, Kendal

Masih ada suatu daerah lagi yang memiliki sejarah romantisme saya dengan istri saya, daerah yang dari sejarahnya merupakan daerah kremun-kremun dari pulau Jawa oleh Sunan Muria, yup saat ini disebut Karimun Jawa yang masuk daerah Jepara. Karimun Jawa masih tertulis di Dive Log saya dan istri sebagai tempat menyelam. Menyelam kembali di Karimun Jawa tentunya sungguh menyenangkan... Dan anda bisa melihat destinasi lainnya di website resmi Pariwisata Jawa Tengah.

Perjalanan diakhiri dengan menekan pedal gas ke arah barat melewati Pemalang hingga Brebes menuju Jawa Barat, rumah, woow.. what a great journey...


Pemalang, lanjut....

Lebih ribuan kilometer sudah ditempuh saya, istri dan anak saya bersama mobil kecil ini di Jawa Tengah dan memberi pengalaman mengasyikkan. Gayeng tenan...


Tips dari saya :
- Istirahat bila lelah, banyak lokasi tempat istirahat dan di Jawa Tengah orangnya ramah-ramah
- Pilih istri yang bisa nyetir, hahahaha... biar bisa gantian kalau capek, bercanda ding.. kalau bisa.. kalau gak bisa, istri suruh belajar nyetir...
- Cek kondisi kendaraan secara rutin
- Peta jalan sangat perlu, namun yang paling perlu adalah bertanya "nyuwun sewu, kulo keblasuk niki.. arah ten ...(tujuan).... pundi nggih?" yang kalau diartikan "mohon maaf, saya tersesat, arah ke (tujuan) mana ya?"

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah

21 October 2016

Staycation di Hotel Santika Kelapa Gading

Weekend mau ke mana? ternyata yo bosen juga cuma di rumah aja.. tiba-tiba (sering banget tiba-tiba) kepikiran gimana kalo staycation sebentar ke hotel mana gitu.. terpilihlah  Hotel Santika Kelapa Gading, Jakarta.. Kenapa pilih ini? Pilihan ini sejatinya karena saya sering menginap di grup Santika Hotel, dan menjadi member Santika.

Berbekal booking dari Traveloka, harga semalam cukup terjangkau sudah termasuk sarapan pagi.. dibanding dengan hotel sejenis di kawasan tersebut.. akhirnya kita coba hotel ini.



Lokasi

Hotel Santika Kelapa Gading terletak di Mahaka Square, Kelapa Gading.. gedung yang sama dengan GOR Mahaka, arena basket yang biasa dipakai untuk pertandingan IBL (Indonesia Basketball League). Bagi anda penikmat basket, dan mungkin venue-nya ada di Mahaka Square maka Santika Kelapa Gading merupakan pilihan yang tepat.

Kami sempat kesasar sedikit waktu di Kelapa Gading mau ke hotel, memang karena lokasinya agak nyempil jadinya perlu lebih awas lihat jalan apalagi map.




Selokasi dengan ini ada beberapa tempat makan, namun tidak kami coba karena kami lebih memilih cari tempat di sekitaran kelapa gading.


Fasilitas

Superior Room
Kamar yang saya pesan di Traveloka awalnya adalah superior room, karena setelah baca beberapa review sudah cukup luas untuk bawa keluarga.




Di kamar superior, kami disuguhi kamar yang cukup walaupun tidak terlalu luas namun cukup untuk keluarga, untuk kelas hotel bintang tiga yaa.... Perlengkapan mandi juga disediakan. Untuk amenities dimana merupakan bagian favorit anak saya ternyata cukup lengkap, terutama adalah botol air mineral... biasa, hobinya anak-anak masuk hotel langsung pengennya buat teh hangat.

Kami menghabiskan 2 malam di kamar superior, dan selanjutnya pindah ke kamar deluxe.. kok pindah? ya ternyata setelah melihat harga cuma beda tipis antara deluxe dengan superior untuk rate per malamnya, jadinya langsung pindah setelah habis vouchernya.

Di kamar colokan listrik cukup banyak disediakan, tidak seperti hotel lain yang kadang tidak menyediakan fasilitas colokan di dekat kasur.


Deluxe Room

Perbedaan kamar superior dan deluxe ternyata jelas, mulai dari ruang kamar yang lebih lega, tambahan furnitur dan lemari baju yang lebih besar. Untuk ukuran kasur, sama saja..  Selain itu di kamar deluxe disediakan lemari es, lumayan kalau mau minuman dingin.




Jika ada satu yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran TV, dengan kamar yang besar belum diimbangi dengan ukuran TV yang besar juga, ngarep...

Kamar Mandi

Kamar mandi di kedua kamar hampir sama, dan saya cukup senang dengan model shower yang besar.. mandi serasa mandi..

Sarapan

Ini bagian favorit saya, makan.. makan..
Karena vouher hotel sudah termasuk sarapan pagi untuk 2 orang, yang maju ya saya dan putri saya.. nyonya masih betah di kamar..



Menu restoran banyak banget, mulai dari masakan indonesia, masakan barat hingga masakan asia. Mungkin karena banyak tamu asing yang datang ke Jakarta, khususnya lebih memilih di Kelapa Gading karena dekat dengan kawasan industri. halah.. malah..

Last but not least..

Bisa nyobain sushi.. trus sereal dan ditutup dengan ngeteh..







16 October 2016

Deg-deg ser Nyetir Melewati Jembatan Cirahong Ciamis - Tasikmalaya


Saat masih di Jogja, kami sekeluarga sengaja trip dari Jogja ke Tasikmalaya untuk sebenarnya menuju Ciamis (gak nyambung ya.. karena Ciamis duluan sebelum Tasikmalaya).. karena teman saya dan teman istri saya lagi bikin acara di sana.

Pilihan kami menginap di Tasikmalaya, waktu itu Hotel Santika lagi opening di Tasikmalaya, karena alasan Ciamis-Tasik dekat bekal lihat di google map sama feeling pas sering naik bus Tasik - Jogja pas masih kerja di Cikarang.

Perjalanan dari Jogja ke Tasik PP sejatinya dilalui dengan selamat, namun yang cukup bikin jantung berdegup kencang adalah saat melintasi jembatan kereta sekitar Manonjaya ke Ciamis, saya gak kepikiran tiba-tiba ingat Manonjaya karena itu merupakan daerahnya istri temen saya yang gara-gara teman saya ini saya pernah gak dicatat sebagai karyawan selama seminggu, usut punya usut dia resign eh, sama HR nomor pegawai saya yang diinput.. emang sih beda satu dia yang resign ABCD35 nah saya ABCD36.. ampuun...

Berbekal tiba-tiba ingat itulah saya plot google map dari Tasik lewat Manonjaya terus Ciamis. Awalnya sih oke-oke saja. Namun tiba-tiba saat sampai dekat sungai, saya lihat google map ada jembatan, tapi ada jalan kereta dan jembatan juga. Diam sesaat...

Ternyata alamak, jembatannya gabung.. 

Antri sebelum masuk jembatan

Setiap jalan diberlakukan satu arah


Asli, ngelewatin jembatan ini deg-deg ser... gimana nggak, jembatan hanya dapat dilalui satu arah dan bergantian, sempit cukup untuk 1 mobil saja.. yang paling ngeri, alas jembatannya kayu... walaupun rangkanya besi bertulang sambungan paku keling..

Tapi jangan panik, pelan-pelan aja berkendaranya.. dan yakin pasti sampai.. di akhir jembatan ada masyarakat yang menarik retribusi, yang menurut saya salah satunya adalah melakukan perawatan jembatan demi keselamatan penggunanya.. 

Jembatan Cirahong bagian bawah, atasnya untuk kereta api
 
Tinggi pula..

Sungai Citanduy dari atas Jembatan Cirahong


Usut punya usut, Jembatan ini dinamakan Jembatan Cirahong, yang berlokasi di atas Sungai Citanduy bisa dicek di Jembatan Cirahong, nah.. kalau ingin tahun tentang Jembatan Cirahong lebih lanjut, bisa baca http://heritage.kereta-api.co.id/

Mau deg-deg ser.. cobaiin lewat.. tapi lewat bawah, kalo pas naik kereta Bandung-Jogja ya ga terasa...

12 October 2016

Recovery Perjalanan Dari Singapura Ke Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Kelud

Fiuuuuhh...  *sambil ngelus dada dan bergumam*... karena perasaan campur aduk saat saya bisa kembali ke rumah di Jogja dan melihat terasnya pasca Gunung Kelud erupsi..


Bukan karena apa-apa, tapi karena saya menempuh perjalanan liburan yang melelahkan dan menguras waktu untuk bisa ke Singapura, tiket perjalanan PP sudah otomatis dibatalkan karena bandara Adisutjipto, Jogja dan Adi Soemarmo, Solo harus ditutup sementara...

Setelah minggu pagi jalan-jalan di sekitar Toa Payoh, Novena... siangnya dapat berita saat di Orchard Road, Singapura saya dan rekan saya yang dari Jogja dapat perintah senin pagi harus sudah ada di Jogja...ediaaaan....?? Hari itu hari minggu 16 Februari. Di Singapura pula, tanpa tiket... yang ada tiket ferry ke Batam..karena sudah dipesan sebelumnya..


Cari penerbangan Batam-Jakarta

Ya, yang lainnya belanja di Orchard ada yang belanja tas, belanja baju, saya sama teman saya cakrukan di emperan nyari-nyari tiket.. Batam-Jakarta dulu lah minimal... 
 






hopeless... 

Penerbangan Batam - Jakarta habis semua untuk kelas penerbangan ekonomi.. tapi kudu mulih ya kudu mulih.. dapat pencerahan kalau kelas bisnis ada.. langsung hajar aja..

well done, tiket Batam-Jakarta udah dapat, harga..... silent..pokoke muliiiih.titik.


Cari penerbangan Alternatif ke kota terdekat dari Jogja & Transportasi 24 Jam

Abis itu pusing, naik apa dari Jakarta ke Jogja atau kota terdekat misal Solo, Semarang atau lainnya ternyata penuh untuk kereta.. karena bandara Semarang, Solo, Jogja masih tutup CLOSED... sampai bandara dinyatakan bersih oleh otoritas...

Ternyata rejeki memang gak disangka-sangka... berbekal teman saya orang Mojokerto dan ingat bahwa dia sering PP Mojokerto-Jogja naik bus Patas Surabaya-Jogja yang 24 jam itu, saya dan teman saya mencari jadwal pesawat Jakarta-Surabaya waktu masuk ke WaterFront, sebelum naik ferry ke Batam.

Ternyata pencarian berbuah manis, tiket pun didapat.... satu maskapai pula.. dan sampai juga kami di Batam. Buru-buru beranjak ke bandara Hang Nadim, Batam naik taksi yang ada untuk terbang... dan dimulailah perjalan kami ke Jakarta, lalu transit ke Surabaya.

Bus ke Jogja

Sekitar pukul 22.00 malam kami mendarat di Juanda, Surabaya dan naik taksi menuju ke terminal Bungurasih.. legaaa.... bus Eka Patas jurusan Jogja ternyata sudah siap untuk berangkat.. waktunya tiduuuur....

Akhirnya, jam 6 pagi di hari Senin, sesuai perintah... sampai juga kami di Jogja. Jam 7 ke kantor...
Mie Ayam Tumini esuk-esuk durung buka.... ya ngankring disik wae lah... ning ngarep Terminal Giwangan...


Jebule kon resik-resik abu vulkanik...ayo makaryoo...

06 October 2016

Gives You Wings

Iseng melihat salah satu olah raga yang digemari istri saya.. F1, tak sengaja teringat salah satu tagline iklan di mobil Scuderia Toro Rosso F1... Gives You Wing... saya jadi punya ide untuk mengumpulkan foto sayap selama travelling...bukan sayap ayam...

Source : Wikipedia


This is the wing... sebagian besar adalah foto dari sayap Garuda Indonesia

 
737-800NG Above Mt. Slamet

737-500 Entering The Cloud... Above Bangka Island

737-800NG with iconic small cloud at Timika

737-400, Cloudy Afternoon at Lampung

737-800NG, Sentani Lake @ Papua

737-800NG, Juanda Airport


737-800NG Flying Above Jayawijaya Highland

737-800NG, Flap Open... Brake....

Rain Outside 737-800NG

737-800NG Heading to Sultan Hasanuddin Airport

Take a Rest...

Inspect the Wing for Safe Flight

737-800NG At Yogyakarta, Before Landing

737-800NG Red Wingtip Livery

Queue

A330's Roll Royce Engine



Fuel The 737-800NG

Wings Air ATR72-500, above Bau-bau, Buton

Airasia A320 wing.. with "elephant look like" cloud

Malaysia Airlines 737-800NG wing.. prepare to approach at KLIA
KLM Boeing 777-300 wing..
EVA Air A330-300

Jetstar A320

Tigerair / Scoot A320

Cathay Dragon A330


Favorit saya adalah....

Sunrise di Laut Arafuru..


The Cloud eat the wing...


Ayoo... Liburan....

Let's go Holiday....

Blog Archive

Copyright © West Borneo Road Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com