Indonesian who support traveling with family or kids, take photo and diving

29 December 2016

Balada Mencari Ayam Goreng Ipin Upin di Kampung Durian Runtuh

Bagi anak-anak, ketika diajak ke Malaysia yang terbesit di pikirannya adalah film animasi Upin Ipin, yang memang hampir setiap hari tayang di televisi Indonesia, bahkan bisa sampai 3 kali tayang setiap hari walaupun ceritanya diulang-ulang. Tapi memang film animasi tersebut menyampaikan pesan moral yang mendalam bagi anak-anak yang menonton.

Di depan rumah Upin Ipin, Kampong Durian Runtuh

Salah satu yang jadi itenary ke anak saya ketika persiapan untuk liburan ke Malaysia, Kuala Lumpur dan roadtrip ke Penang adalah makan di restoran Ipin Upin yang dekat dengan Kuala Lumpur, kenapa saya iyakan karena setelah mengecek di internet restoranya tersebar banyak dan yang paling gampang adalah ke daerah Ampang, kebetulan dekat dengan stasiun MRT Ampang yang ternyata masuk daerah Selangor. Dicek juga di google street lokasinya di pojokan ruko gitu lah...Wah kalo dekat stasiun mah gampang lah..

Perjalanan pun dimulai, setelah pagi ke Dataran Merdeka, KL City Gallery dan melihat Masjid Jamek, kami pun mempersiapkan untuk makan siang di Restoran Upin Ipin yang di petanya dari stasiun Masjid Jamek kami naik MRT menuju stasiun ampang dan beli tiketnya di kiosk, karena belum punya kartu Touch n' Go dan gak beli smart cardnya RapidKL.

Sampai Ampang, setelah turun dari MRT anak saya udah girang aja bakal nyoba ayam goreng.. mungkin di kepalanya udah mbayangin si Upin Ipin makan ayam goreng.

Jalan ke ruko, mencari mana nih tempatnya...


Eh kok ga ada..

Pojokan kok jadi bukan restoran, masih ada yang kerja untuk renovasi rukonya lagi..


Tengok kanan kiri, juga ga ada..


Dan ternyata kecewaaa... restonya sudah tutup dan ganti jadi bank...



Peta Kedai Makan Upin Ipin di Ampang, ternyata sudah tutup


Teriak-teriak lah anak saya sampai ga mau pulang, ga mau makan, hwaaa... tapi pelan-pelan dibujuk, kita makannya sore aja yak sambil cari pusat tempat makannya.. dengan berlinang air mata akhirnya mau juga.. ini hari kedua di KL, dan dia kecewa.. Sudah siang, Lapar dan gagal mendapatkan restoran yang diidamkan, lengkap sudah kekecewaannya... Maafkan orangtuamu ini nak yang gagal membaca peta dan situasi...

Ibarat Mission Possible, tiba-tiba ada perintah masuk via "pager telepati" hanya dengan pandangan mata emak-emak, hahaha :

Prioritas satu adalah Mencari Ayam Goreng Upin Ipin and mission must complete! 

Terpaksa ganti itenary, jadwalnya kami mutar-mutar KL seperti ke Menara KL dan Petronas Twin Tower terpaksa ditunda.. Akhirnya diputuskan untuk kembali ke Masjid Jamek dan makan di sekitar situ yang ujung-ujungnya McD karena cuma McD dan KFC setahu saya yang ada olahan beras. Lalu ke Restoran Upin Ipin yang lain. Ide ke McD untuk menenangkan anak saya, karena dapat mainan happy meal.

Lokasi Rumah Makan Upin Ipin di sekitar KL, masih buka atau tidak? cek websitenya dulu sebelum jalan..

Sambil makan siang, kami mencari informasi di website Les Copaque, produsen film animasi Upin Ipin, ada restorannya di sebelah dari kantor Les Copaque namanya Geng's Corner dan lainnya lagi adalah Restoran Upin & Ipin, dan ternyata hanya ada 2 outlet yang ada di sekitar KL, lainnya berarti sudah tutup. Yang paling dekat adanya di....... Seksyen 13 Shah Alam, Selangor... alamak... Kaki lumayan pegal setelah jalan kaki di Kasturi Walk, Dataran Merdeka, Masjid Jamek, tambah gagal di Ampang, kayanya nge-Grab oke juga tapi kok naik MRT dan Kereta Kommuter trus naik taksi gak terlalu ribet sekalian nambah pengalaman. Akhirnya diputuskan ke Stasiun Batu Tiga lalu jalan kaki ke Seksyen 13.

Restoran Upin Ipin Seksyen 13, Shah Alam, Selangor

Perjalanan ke Stasuin Batu Tiga menggukanan Komuter yang menuju Port Klang (Pelabuhan Klang) yang melewati stasiun KL Sentral atau stasiun Kuala Lumpur yang dekat dengan Masjid Jamek, tapi karena di stasiun Kuala Lumpur transitnya jauh jadinya transit kereta kommuternya di KL Sentral. Sesampai di KL Sentral kami beli token lagi di loket kommuter untuk ke stasiun Batu Tiga di daerah Selangor.

Lokasi Kommuter Stasiun Batu Tiga, Restoran Upin Ipin ada di belakang Tesco

Lancar sampai di Batu Tiga, selanjutnya kami mau naik taksi, tapi setelah lihat peta, saya bilang "jaraknya ga jauh kok.. 20 menit aja jalan kaki.." tapi ternyata 2,5 km bo jaraknya... tambah dikejar anjing lagi.. kali ini yang ngedumel ibunya si anak, tapi gakpapa itung-itung olah raga biar lemaknya turun.. yang saya heran, anak saya selama jalan kaki bilangnya.. aku semangat kok pa.. aku semangat kok ma.. ni anak 5 tahun kok ya semangat banget..

Perjalanan ke Seksyen 13, pakai balada dikejar anjing penjaga lagi...

Melihat kendaraan yang ada gambarnya Ipin Upin dan tulisan Les Copaque di sebuah gedung, anak saya teriak-teriak, itu tu.... buat saya dan istri, wow... akhirnya.. perjalanan mencarinya selesai juga..

Gengs corner saudaranya Restoran Upin Ipin di Seksyen 13, Shah Alam

Cari menu Ayam Goreng, sudah bisa senyum

Suasana Restoran

Untuk makanannya kami hanya memesan ayam goreng kunyit dan kangkung belacan, anak saya yang pasti memilih ayam goreng kunyit, saya memilih kangkung balacan untuk mengenang memori rasa balacan buatan orang melayu yang sudah lama tidak saya cicipi. Setelah datang ternyata ayam gorengnya sudah di-fillet, sehingga gak ribet makannya, dan ternyata memang gurih ayam goreng kampung.

Ayam Goreng Kunyit

Kangkung Balacan

Emang anak-anak punya style sendiri-sendiri.. setelah makan ayam goreng, ya sudah, mau diajak pulang juga.. cuma karena belum sholat ashar kami ke mall AEON Shah Alam yang terletak di sebelah komplek ruko ini untuk sholat, ketika menyebrang istri saya lihat bus Smart Selangor atau Smart Shah Alam 002, trus dia nyeletuk.. "ada bus lewat sini ya?".. saya jawab, "ga jelas deh, ga ada websitenya, bus pekerja kali" karena sambil lalu ya udah ilang gitu aja dan kami ngadem dulu di mall... capek jalan 2,5 km.

Pulangnya, untuk ke stasiun batu tiga, sesuai petuah istri saya, kami menunggu dulu di samping AEON Mall untuk melihat bus itu, siapa tahu ada bus datang... dan memang berkah, setelah menunggu 15 menit ada bus Smart Selangor datang dengan tujuan Batu Tiga, dan ternyata Free / Gratis / Percuma... asyik.

Bus Smart Selangor, 002, Jurusan Batu Tiga - Seksyen 13

Untuk kembali ke hotel, kami transit di Stasiun Subang Jaya yang di jaringan Klang Valley Interchange System ternyata memegang peranan penting dan tidak memilih transit ke KL Sentral karena pasti ramai di KL Sentral, di Subang Jaya kami naik laluan (jalur) Kelana Jaya, seperti dugaan, sepi.. Sampai hotel Geo, hotel yang direkomendasikan dari Mbak Olen, gosok minyak semua karena pegal-pegal.. ngukur KL demi Ayam Goreng...

Pesan Moral kali ini adalah :
  1. Jangan terlalu percaya pada aplikasi map, belum tentu valid.. supaya valid bisa cek ke website resmi atau telepon.
  2. Di Malaysia banyak transportasi gratis, seperti bus GoKL dan Smart Bus Selangor ini, jangan menyerah mencari informasi.
  3. Tetap semangat
Geng's Corner






Tertarik mengajak anak ke sini dan perlu informasi? silahkan tinggalkan komentar


***

Posting ini didedikasikan ke anak saya dan anak-anak yang lain yang suka travelling dan juga untuk travel companion-nya sangat teguh pendiriannya untuk mendapatkan sesuatu... seperti ayam goreng...


26 December 2016

Menjadi Bad Wolf Saat Hunting Buku Big Bad Wolf di KL | westborneoroad

No.. i'm not a wolf, i'm a human.. but my wife "was"...(only for certain period..when book sale)

Ini memang benar "terjadi" ketika kami sedang berlibur di Kuala Lumpur. Pada saat itu kami sedang road trip (versi kami) menggunakan kendaraan sewa dari Penang menuju KL setelah menjejakkan kaki di  Pulau Penang walau sebentar. Kami masih di Lebuhraya Utara Selatan (Jalan Tol-nya Malaysia), tiba-tiba istri saya  nyeletuk.. "nanti malam ke Big Bad Wolf yuk, di Sri Kembangan, KL"..... saya nyaut aja, "pintu tol Ipoh aja belum lewat, mau sampe KL jam berapa?" tapi dibalas.. "tenang, buka 24 jam kok"... (tiba-tiba sunyi......................................krik.. krik.. krik..)

Saya paham juga sih, apa aja yang berhubungan dengan buku mau sampulnya, mbacanya, nyari bukunya itu menjadi "me time"-nya dia... apa lagi pas ada pameran seperti ini... diajakin kemana aja pasti gak mau, padahal udah rencana nyari makan siang di Ipoh trus lanjut ke Cameron Highland sebelum ke KL, tapi kayanya tujuan itu akan menjadi next wishlist kalau ke Malaysia lagi...

Big Bad Wolf Book Sale adalah pameran (tepatnya obral) buku impor yang jumlahnya beesaaaar, yang bukunya banyaaaak... Di Indonesia beberapa kali diselenggarakan, tapi di Malaysia-lah pusatnya, kata temen saya Tri Agus Wibowo dan istrinya mbak Umi, diaspora di Malaysia, yang juga menjadi pencetus ide kepada istri saya untuk berburu Big Bad Wolf Book Sale karena hanya 11 hari diselenggarakan di Malaysia.
Big Bad Wolf neon sign


Jumlah dan ragam buku inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi "serigala" seperti istri saya dan yang jelas saya tahu, teman saya si Annisa Anggiana yang kerjaannya bikin spoiler buku... saya mah mbaca bukunya Emha Ainun Najib yang bahasa Indonesia aja gak selesai apalagi baca buku impor.. tutup jadiin bantal...

Ibarat di Jakarta, dari jarak dari Hotel Sunway tempat kami menginap ke Mines International Exhibition & Convention Centre, Seri Kembangan, Selangor itu seperti dari Thamrin ke Cibubur, lumayan jauh dari pusat kota ke pinggir kota. Untuk ke sana bisa naik Kereta Komuter turun stasiun Serdang dan lanjut dengan taksi karena jarak stasiun ke MIECC (Mines International Exhibition & Convention Centre) lumayan bikin gempor kaki kalau jalan kaki.. Untung aja masih road trip jadi ada kendaraan sewaan dari Thrifty ini, keputusannya-pun harus kesana apapun kondisinya setelah check in di Hotel... Pas juga KL hujan, ya udah.. tancap..

Pukul 8.30 kami start jalan ke MIECC kalau ditanya tahu gak tempatnya, jujur "gak tau", tapi berani karena ada maps tempat diselenggarakannya pameran tersebut dari teman saya. Pas keluar dari tol saya pikir tumben amat ini ada macet lalu cek di peta ada jalan belakang, ke sana lah, macet juga.. Wah, ini pasti macet mau ke BBW, dan benar... Istri saya turun duluan, daripada ribet cari parkiran... "koyo arep antri sembako wae..."

Antri parkir kaya antri sembako


Sampai di lokasi sekitar jam 9an, karena istri saya sudah turun gantian saya yang cari parkiran, dan beruntung juga anak saya udah tidur di mobil, karena AC sengaja dikecilin, akhirnya parkir dapat di basement.. AC dimatiin dan pekerjaan berikutnya adalah menunggu "serigala" sadar dan berubah lagi jadi "manusia", hahaha...

Pintu masuk utama

Booth registrasi

Go!Go!Go! (find your book) and STOP! (your pocket almost empty)

para pemburu sedang bergerilya (bulan masih terang)

Ini ular tangga apa antrian.. panjangnyaaa bukan kepalang (dibelakangnya ada premium zone)


Ternyata lama juga ni ïstri saya jadi "serigala".... jam 3 pagi baru dia nongol ke parkiran sambil senyum-senyum, eh.. buseet.. 6 jam coooy nyari buku doang... memang Big Bad Wolf ini keren banget, sesuai dengan slogan mereka... "and they read happily ever after"

And They Read Happily Ever After


Trus dia mungkin sadar, menunggu 6 jam itu lumayan, trus dia nawarin.. liat aja ke atas, kalo mau beli buku silahkan... saya nyaut aja "ngantuk, pulang ajaa...." akhirnya pulang dan dia bercerita sepanjang jalan pulang, bukunya bagus-bagus, sayang kalo ga lihat... ngeeeng...nyetir dulu...

***

Tips kalau ke BBW
- Datang jam 2-3 pagi aja, sepi.. pasti kebagian buku.. diluar jam itu sulit kebagian tempat parkir
- Geret koper seperti ibu-ibu ini, kalo perlu bawa hand pallet stacker aja sekalian sama plastic wrap :)

Geret Koper...

- Pantengin situs http://www.bigbadwolfbooks.com/id/ atau IG atau FBnya untuk update pameran buku di Indonesia

24 December 2016

Pengalaman Terbang Dengan Kelas Bisnis Garuda Indonesia 737-800 | westborneoroad

Saya hampir tak sanggup menyelesaikan tulisan ini, bukan karena sulit atau bukan juga pengalaman pertama duduk di kursi kelas bisnis saat terbang tapi karena setiap mau menyusun kata-kata, hati ini teringat tentang sosok yang telah memberikan banyak perhatiannya kepada saya. Orang tua..

Penerbangan ini sebenarnya termasuk dalam salah satu kegiatan kunjungan yang digagas oleh organisasi yang saya ikut membantu menuliskan tulisan dengan tema lingkungan, saya diajak ke Bali pada akhir tahun 2016 ini. Tentunya diberikan penerbangan ke Bali PP (Kelas Ekonomi) bukan kelas bisnis..

Saat itu saya masih berada di Bandung, karena malam sebelumnya memang ada acara di Bandung, sehingga penerbangan ke Bali pun diambil dari Bandung. Sebenarnya ada beberapa maskapai yang melayani penerbangan Bandung - Denpasar, Bali setiap harinya namun karena Garuda Indonesia merupakan penerbangan pertama, itulah yang dipilih. Saya kaget ternyata harga tiket kelas ekonomi yang dibeli sudah mendekati harga kelas bisnis yang promo, karena tidak terlalu jauh selisihnya sekitar 300ribu-an ya akhirnya saya putuskan untuk upgrade ke kelas Bisnis. Ini adalah penerbangan pertama saya mengeluarkan biaya ekstra sendiri untuk upgrade ke kelas Bisnis, sebelumnya sering diberikan upgrade cuma-cuma karena memang GFF / Garuda Miles saya dulu masih lumayan, hehehe... dan penerbangan yang juga dipaksa ketika kami harus recovery dari Singapura ke Yogyakarta saat Gunung Kelud meletus, pikir saya sesekali me time boleh lah..

Saya tertegun ternyata Bandara Husein Sastranegara Bandung telah berubah drastis, terakhir sebelum ini, saya ke bandara ini tahun 2013, berarti sudah tiga tahun silam dan ternyata bangunan bandara berubah menjadi lebih baik. Waktu itu belum menunjukkan pukul 6 pagi, cuaca Bandung yang sejuk dan kondisi bandara yang bagus dan  membuat kegiatan menunggu proses upgrade yang dilakukan di konter customer service berasa cepat.

Check In & Baggage Drop
Proses check in untuk penerbangan ini cepat, saya mengambil jalur kelas bisnis / sky elite yang memang diberikan jalur khusus. Hampir sama dengan jalur ekonomi biasa, hanya bedanya saat mendaftarkan tas saya untuk dibagasikan, tag bagasi diberi tambahan informasi label, Bussiness Class, Priority, Door Side.. ah, pikir saya itu sama seperti biasa, hanya tanda..

area check in

Menunggu di Lounge
Setelah check in, petugas memberikan saya satu kupon masuk lounge gratis karena saya salah satu penumpang kelas bisnis, wow.. sesuatu yang sudah jarang saya sambangi ketika terbang, karena dahulu pas GFFnya lumayan bisa langsung masuk ke lounge, sekarang harus tukar miles dulu, hehehe..

Lumayan, mangan sik... batin saya.. tapi makan saya sempat terhenti gara-gara sebuah makanan, jagung rebus..

sepotong jagung manis rebus

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan jagung rebus, hanya jagung rebus itu membuat saya mundur ke masa lampau, mengingat masa dimana orang tua saya masih tinggal di desa, di pedalaman Kalimantan Barat berdinding kayu yang mungkin saat ini rumahnya sudah rata dengan tanah, kalau malam listrik mati, kalau mau ke rumah sakit untuk kontrol harus naik ojeg dulu, lalu naik angkutan umum. Mereka membanting tulang bekerja siang malam hanya untuk membesarkan saya anak pertama, Binu si tengah dan Cahya si bungsu hingga bisa sampai saat ini.... 

Upaya chef dari dan tim lounge memasukkan jagung rebus yang tentunya menyehatkan juga menandung makna usaha, kerja keras dan kesederhanaan... Salut, jagung rebus ini ternyata bisa menginspirasi manusia seperti saya untuk mengingat kembali dan pada puncaknya mengucap syukur dengan mendoakan orang tua.. what a food..

suasana di lounge bandara Husein Sastranegara, beda tempat beda suasana


In Flight
Perjalanan ke Bali ini membuat semangat, pertama melalui informasi dari kokpit, bahwa cuaca cerah namun ada sedikit awan. Kedua, sebelum terbang, kami di kelas bisnis diberikan welcome drink dan handuk untuk sedikit menyegarkan badan, saya memilih teh hangat karena memang cuaca cukup dingin. Asyiik..

welcome drink & handuk

Armada yang saya naiki adalah jenis Boeing 737-800 NG, jarak antar kursinya legaa banget, lebar kursinya juga lumayan. Setiap kursi di kelas bisnis dilengkapi dengan bantal, sandaran kaki, AVOD (Audio Video On Demand), dan meja lipat untuk makan.

logo award maskapai bintang 5

bantal

jarak antar kursi
Sesuatu yang spesial menurut saya adalah flight attendant menyebut kami para penumpang yang duduk di kelas bisnis dengan nama, yap.. nama kami masing-masing, sesbuah ucapan perkenalan yang sangat menyentuh, pantas saja Garuda menjadi Airline bintang 5 versi Skytrax, bangga...

headphone ada di depan kursi
Pada kali ini saya ditawari pilihan makanan berupa nasi goreng atau omelet, akhirnya saya memilih untuk menikmati nasi goreng. Penyajiannya juga dilengkapi dengan yoghurt, buah segar dan kerupuk.

Main Course... Nasi Goreng

Selama penerbangan, saya membaca majalah colours, inflight magazine dari Garuda dan sesekali melihat pemandangan di luar. Ketika mendekati daerah Jawa Timur, pilot menginformasikan bahwa di cuaca cerah dan Gunung Arjuno terlihat dengan jelas. Pemandangan yang tiada duanya dan tiada replikanya, ini mengingatkan saya lagi kepada orang tua yang telah memberikan doanya sehingga saya bisa menikmati penerbangan ini, amazing... karena tidak hanya pemandangan ini saja yang saya dapat lihat, kelompok Gunung Merbabu Gunung Merapi dan Rawa Pening di Jawa Tengah terlihat jelas, Gunung Selamet  dan Gunung Ciremai yang berada di pantai utara jawa terlihat timbul diatas awan, dataran tinggi Dieng juga terlihat walaupun sedikit samar-sarmar. Sesaat setelah take off, waduk Jatiluhur dan waduk Cirata juga menjadi pemandangan pembuka.. Pemandangan yang tak ada replikanya, gumam saya...

Colours, Garuda Indonesi inflight magazine

Gunung Arjuno


Landing & Baggage Collection
Landing di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali yang pada saat itu cuacanya cerah cukup lembut, pemandangan yang saya suka adalah sesaat sebelum landing melewati kapal penangkap ikan berjejer di sekitar pelabuhan Benoa.

pemandangan kapal berbaris rapi
Kali ini pesawat mendapat jatah parkir di remote area, yang artinya harus menggunakan bus untuk ke terminal kedatangan, kami dari kelas bisnis diberikan kendaraan khusus yang langsung ke terminal kedatangan.
Van ke terminal
 
Welcome to Denpasar, Bali


Sesampainya di terminal, saya menunggu di Premium Baggage Collection, semacam lounge namun digunakan untuk menunggu bagasi sementara bagasi saya disiapkan oleh petugas dari Garuda.
Premium Baggage Collection, ambil air mineral dulu buat penghilang dahaga

dari dalam Premium Baggage Collection
 
Tag bagasi


Kalau mau lihat pengalaman terbang lainnya dengan Garuda ke Papua bisa dilihat disini selain itu ada juga pengalaman terbang ke Singapura dan pengalaman terbang dengan Garuda Boeing 777-300ER.

****

Suatu pengalaman yang seru bagi saya, menikmati penerbangan kelas bisnis dari maskapai bintang 5, menikmati cerahnya pemandangan di luar yang tiada duanya dan mengingat orang tua yang telah berjasa bagi kami..

Disclaimer : Postingan ini ditulis berdasarkan kondisi saat itu, untuk kondisi terkini bisa tanya maskapai :)

22 December 2016

Cara Membuat SIM Internasional untuk Road Trip | westborneoroad

Fuihh... Akhirnya selesai juga... Gumam saya setelah mendapatkan Surat Izin Mengemudi atau SIM Internasional... Jenis SIM yang memang saya ingin miliki, kalau-kalau pas travelling ke luar negeri dan ingin berkendara sudah aman punya lisensi.



Sebenarnya bukan malapetaka yang timbul tapi efek udik dan sok tahunya saya saat mencari lokasi tempat pembuatan SIM Internasional ini sehingga saya memerlukan waktu sampai dua hari untuk bisa mendapatkannya. Berbekal blogwalking di blognya mas arievrahman.. saya putuskan untuk membuat SIM Internasional... yang penting buat dulu, dipakainya kapan perkara belakangan...

Hari pertama berbuah kegagalan, karena saya yang saya pikirkan ternyata berbeda dengan yang saya baca di blong. Malapetakanya bermula setelah turun dari KRL di Stasiun Cawang, saya dengan percaya diri naik transjakarta busway ke arah Semanggi.. eh, Transjakarta yang saya naiki ternyata jurusan bundaran Senayan.. walhasil di Semanggi ga bisa turun, lanjut ke halte Ratu Plaza, tambah macet dan saya harus menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk bisa ke POLRI Semanggi, sampai di depan pintu pemeriksaan ditanyain "Mau mengurus apa pak?" saya jawab "Mau urus SIM Internasional" lalu dibalas "Pak SIM Internasional buatnya di Cawang, bukan disini".... Makjleb... Tempat pembuatan SIM di Korlantas POLRI di Cawang, bukan POLRI di Semanggi, geblek..

Karena sudah bad mood duluan, dan jam 2 siang ada janji ya, hari pertama gagal total plus muter-muter aja di sekitar Cawang-Semanggi-Ratu Plaza, hahaha...



So, saran dari saya kalau mau ke suatu tujuan naik transjakarta busway agar tanya dulu ke petugasnya.. terutama petugas yang di bus, jangan sok tau...


Berbekal kegagalan di hari pertama, esoknya saya mulai mencicil mencari informasi dan membaca detail blog mas Ariev... moco sing tenanan..., barulah tersadar kalau ternyata Korlantas POLRI lokasinya dekat sekali dengan Stasuin Cawang. Jadi setelah turun dari stasiun cawang, menyebrang terowongan dan berjalan ke arah seberang Menara MTH.



Sesuai web resmi dari POLRI, dan blog NTMC Korlantas POLRI untuk mengurus SIM Internasional, dibutuhkan biaya sebesar Rp. 250.000,- selain itu juga dibutuhkan dokumen pendukung seperti :
1. KTP asli & Foto copy
2. Paspor asli & Foto copy
3. SIM yg masih berlaku
4. KITAP asli & Foto copy (Utk WNA)
5. Materai Rp. 6.000
6. Pas Foto 4x6 3 lembar terbaru (untuk Pria berdasi & Wanita menggunakan Blezer. Latar belakang photo biru)



Karena dokumen pendukung saya belum lengkap, saya diarahkan oleh petugas yang berjaga di pintu masuk untuk melengkapinya di sebuah gang. Ternyata tulisan mas Ariev  joss banget, ada warung yang menyediakan jasa untuk menyiapkan copy dokumen dan cetak foto. Keren... saya aja ditawari makan tapi saya menolak karena memang yang diperlukan bukan makanan tapi fotokopi dokumen...

Yang unik menurut saya adalah, mereka menyediakan genset, yang ketika saya tanya alasannya dijawab "Kasihan yang sudah datang kesini mas, kalau di kantor SIM kan pakai genset, nah kalau pas mati lampu mereka datang kesini kami ga bisa support, mereka harus jalan jauh ke Cawang untuk sekedar fotokopi dan cetak foto, kasian...." Keren...





Lokasi pembuatan SIM Internasional berada di sebelah Masjid, kalau nggak tahu tanya aja sama Polisi yang jaga di depan dan ketika saya masuk nomor antrian sudah ke enam, tapi karena sepi saya langsung dipanggil, wow, cepat juga... Dokumen diperiksa dan langsung isi formulir, penyesuaian data, ambil foto dan jadi deh.  



Ternyata bagi WNA yang tinggal di Indonesia dan ingin mengendarai kendaraan di Indonesia, harus membuat SIM juga disini dan tidak bisa diwakilkan.

Ini menurut saya termasuk pelayanan publik tercepat yang pernah saya terima, mantap.. setelah itu disempatkan sholat dulu di masjid sebelah, masjidnya juga sejuk... akhirnya

Salah satu kegunaan SIM Internasional ini adalah saya gunakan untuk road trip di Kuala Lumpur - Penang di Malaysia.

Berikut tipsnya :
- Siapkan dokumen yang dibutuhkan untuk syarat pembuatan SIM
- Datang sendiri ke Korlantas POLRI, sepagi mungkin


Dan jangan salah alamat NTMC Korlantas Mabes Polri untuk Pelayanan SIM Internasional ada di :
Korlantas Polri
Jl. Letjen Haryono MT Kav 37-38
Jakarta 12770
Telp: 021-798970


Selamat Mencoba... Ayo Road Trip...

20 December 2016

Bermain di De' Ranch Lembang Bandung

Udara pagi itu masih sejuk di Bandung ketika kami bangun dari kasur hotel budget yang kali itu jatuh pilihannya pada hotel Amaris di dekat dan langsung kami turun untuk sarapan. Saat sarapan, tiba-tiba anak saya nyeletuk pengen jalan-jalan dan main di sekitar Bandung. Alasan apapun dari saya tetep dia kekeuh.... yo wes lah, nduuk...

Karena pagi hari saya masih ada janji dengan rekan saya, maka jalan-jalan adalah aktifitas antara emak dan anaknya, setelah meeting selesai baru kita berkumpul lagi.. 

Setelah saya diantar ke tempat meeting, istri dan anak saya main ke taman bermain di Bandung, karena sudah selesai meetingnya, sekitar pukul 9.30 saya dijemput dan kami langsung berdiskusi mau jalan-jalan kemana.. diputuskanlah ke Lembang, bukan karena mau mengenang masa setelah nikah dulu ... ciee..  tapi memang belum pernah main ke Lembang dengan anak saya.

Tujuan pertama adalah ke Tahu Susu Lembang, untuk sekedar cari camilan, lalu Tujuan berikutnya adalah ke De' Ranch Lembang, disini memang tujuan kami adalah mengenalkan anak saya dengan kuda, mengendarai kuda pertamanya tepatnya.. kalau dulu pas kecil memang pernah naik andong (bukan kudanya) di Malioboro, naik kuda dengan emaknya (masih berdua emaknya) di Gedong Songo, Semarang.


D'Ranch yang kali itu cuacanya mendung ternyata menawarkan pemandangan yang cukup menawan, disela-sela awan masih ada cerahnya matahari, di ujung nun jauh disana juga terlihat bukit-bukit hijau yang cantik menjadi background..

pemandangan De' Ranch

Mulanya anak saya masih anteng aja, cuma duduk-duduk di pelataran terbuka De' Ranch, namun lama kelamaan nagih juga untuk naik kuda, akhirnya ya... dituruti..

menunggu antrian

menggunakan topi dan rompi koboi

persiapan naik kuda

Untuk naik kuda, kita harus membeli tiket di loket lalu menggunakan pakaian ala koboi, baru menunggu antrian untuk naik kuda. Jalurnya memutar sekitar area De' Ranch saja, beda ketika naik Gajah di Elephant Safari Bali, treknya berada di desa sekitar.

naik kuda ala koboi



So, ayo liburan...

Blog Archive

Copyright © West Borneo Road Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com