Indonesian who support traveling with family or kids, take photo and diving

Showing posts with label Jateng. Show all posts
Showing posts with label Jateng. Show all posts

21 April 2018

Menikmati Kolam Air Panas di Hotel Sankita, Guci, Tegal

Dua bulan yang lalu, eyang mengajak kami untuk mencoba berendam air panas di Guci, Tegal, Jawa Tengah. Bukan karena alasan apapun, tapi karena setelah beliau terapi air panas yang ada kandungan belerang murni dari mata air Guci, beliau bisa merasakan tubuh yang lebih fit karena peredaran darah menjadi lancar.

Sudah lama sekali plan ini dilontarkan, tapi baru bisa terwujud awal tahun 2018. Seketika itu pula beliau memesan tempat di Hotel Sankita, salah satu tempat penginapan di Guci yang sangat recomended.

Hotel Sankita, Guci, Tegal

Perjalanan ini memang hanya dapat dilakukan dengan perjalanan darat, sebenarnya bisa dengan kereta ke Stasiun Tegal lalu nanti minta jemput tapi bukankah lebih baik mempersiapkan segala sesuatunya itu lebih baik? Setelah packing untuk kegiatan 1 hari 1 malam akhirnya kami berangkat ke Tegal. Kala itu kami sampai di Guci sekitar pukul 6 sore karena tidak memaksakan menginjak pedal gas dalam-dalam dan kondisi kepadatan di tol Jakarta-Cikampek yang tidak biasa.

Selama meliuk-liuk dan menanjak ke atas. Saya mencoba untuk memanggil memori dalam kepala saya dan bertanya, dulu jalannya seperti ini atau tidak ya? Saya sendiri memang pernah ke Guci, tapi itu sudah lama sekali, medio 95-97.


karcis retribusi di Guci

Sesampainya di gerbang Guci, kita diwajibkan untuk membayar retribusi biaya masuk. Dan langsung menghidupkan GPS untuk menuju ke hotel Sankita.


Suasana malam hari di kolam air panas

Karena sampainya sudah agak gelap, cahaya lampu sudah mulai banyak dan tidak terlalu terlihat jelas seperti apa bangunan dari hotel ini. Kamipun tidak sempat lagi berkeliling hotel karena sudah diajak untuk nyebur ke kolam air hangat malam-malam karena memang enak juga.

Tipe kamar kami

Sekitar hampir 2 jam kami menikmati kolam air hangat, rasa lapar pun memuncak. Untung ada warung di depan hotel yang menjajakan sate ayam. Ya udah pesan aja daripada harus jalan kesana kemari untuk mencari makan. Seusai dari kolam, ternyata di badan rasanya metabolisme meningkat karena badan hangat, lalu ditambah denyut jantung yang sepertinya naik juga. Saya sih gak ngerti kenapa bisa begitu.

Singkat cerita, pagi pun datang dan saya menyempatkan lari berkeliling area Guci dan mengabadikan beberapa tempat yang unik.

Guci

kolam pemandian air panas umum, Guci

Setelah berlari, tentu saja tujuannya adalah kembali ke kolam air panas. Hampir 2 jam pagi dihabiskan untuk berendam dan menikmatinya. Setelah itu kami sarapan yang telah disediakan oleh hotel. Menu sarapan pagi menurut saya cukupan lah untuk tipikal orang Indonesia. Kalau datang pagi, menu masih lengkap termasuk ada nasi goreng. Kebetulan saya datang sudah siang, sehingga menu tersedia hanya nasi putih dan beberapa condiment.


Menghangatkan badan

sarapan pagi di hotel


Mendekati jam 12, batas waktu check-out kami pun berkemas dan menuju ke kota Tegal. Untuk pulang dan sedikit menikmati kuliner khas tegal. Sate...

Duh.. pikir nanti.. sekarang hajar dulu satenya

Teh Poci

***

Pas saya lagi ke sana, pas juga rombongan dari klum mobil sedang touring, jadi saran saya kalau mau kemari pesan jauh-jauh hari.

embun pagi diantara peserta touring

Pemandangan Hotel Sankita dari lobby


05 November 2016

Bermain ke Museum Kereta Api Ambarawa Semarang

Jika ada salah satu jenis museum dan tersebar di banyak negara di dunia, maka jawabannya adalah museum Kereta Api. Indonesia memilikinya..... Hebatnya lagi museum inilah satu-satunya yang ada di kawasan asia tenggara... kalo saya gak salah sih.  Museum ini terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.. Dari kota Semarang sekitar 40 km ke arah selatan, bila melewati tol Semarang-Ungaran-Bawen, maka anda keluar di pintu tol Bawen dan ambil ke arah Yogyakarta, dan Ambarawa berada setelah Bawen.

Museum ini dikelola oleh Unit Preservation and Architecture PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang bertujuan untuk memelihara warisan sejarah perkeretaapian Indonesia.



Kami sempat mengunjungi museum yang menyimpan hampir seluruh barang-barang yang berbau kereta api ini, dan cukup terkejut juga di Indonesia ada banyak lokomotif tua dan masih bisa dilihat hingga saat ini.

Lokomotif CC 50 29

Yang cukup unik disini adalah koleksinya sangat banyak, dan kebanyakan adalah kereta tua seperti kereta uap, walaupun ada beberapa yang sudah kereta dengan bahan bakar minyak.

Rel berputar, seperti di film animasi Chuggington

Jika ada satu yang membuat anak saya terus berkomentar adalah rel berputar, sejatinya saya gak tau namanya, tapi rel berputar yang seperti sering dilihat di film animasi Chuggington itu terus dibicarakan oleh anak saya sampai-sampai ngebet banget foto disana.



Anda bisa menikmati sensasi naik kereta tua disini dan berjalan dengan lokomotif uap atau diesel, dengan relasi Ambarawa-Tuntang pp tentunya dengan membayar tiket dan ada minimum kuota agar kereta berangkat..

Gerbong Kereta Api

Gerbong barang

Saran saya, salah satu yang perlu ditambah menurut saya untuk menarik pengunjung lain adalah gerbong KRL, terinspirasi dari museum kereta di Jepang yang sangat keren, mungkin dengan adanya tambahan koleksi KRL, gerbong-gerbong yang tersimpan rapi di daerah Purwakarta di bawah ini, bisa menjadi lebih cantik.



Kalau belum sempat ke museum kereta api, main ajaa...

30 October 2016

Meniti Pesona Jawa Tengah di Setiap Kilometernya

Sedikit asing ketika saya membaca tulisan di bus yang melaju di jalan nasional dalam perjalanan menuju ke Jawa Tengah, "Jakarta - Karang Pucung via Majenang", pikir saya Jawa bagian mana lagi ada nama daerah Karang Pucung dan Majenang. Tanpa ambil pusing, saya ikuti bus tersebut yang ternyata sangat mahir dan meliuk-liuk menuju ke bagian selatan Jawa.

Road trip saya di Jawa Tengah pun dimulai, untuk menjelajah daerah yang telah lama saya tinggalkan. Yup, saya masih menyimpan SIM (surat izin mengemudi) yang diterbitkan oleh Kepolisian Daerah Jawa Tengah, tentunya saat ini sudah tidak berlaku dan sudah diganti dengan yang baru dari daerah lain... Ketika saya melewati gapura selamat datang di Jawa Tengah, saya takjub, bagaimana tidak, ini merupakan pengalaman pertama saya melakukan perjalanan darat ke Jawa Tengah dan terjawablah rasa penasasran saya terhadap Karang Pucung dan Majenang yang ternyata berada di Kabupaten Cilacap.. kedua daerah ini termasuk kecamatan ter-ujung barat dari Jawa Tengah walaupun dari namanya sepertinya masih terdengar sunda, dan saya baru tahu... *parah juga geografinya*... Perjalanan kami hentikan sejenak untuk istirahat di kota Cilacap.
 
Cilacap yang berada di bagian ujung selatan Jawa Tengah ini ternyata mempunyai potensi wisata yang sangat menarik, pantai menjadi kekuatannya.. sore hari saya dan keluarga bermain di Pantai Teluk Penyu dan menikmati masakan seafood yang enak dan segar saat disantap.

Pengunjung sedang menaiki perahu di pinggir pantai Teluk Penyu


Tak lengkap ke Cilacap kalau tidak ke Nusakambangan, rasa penasaran saya memuncak, saya terngiang cerita Nusakambangan yang konon mirip Alcatraz *serem sepertinya*... sehingga esok harinya saya memutuskan ke pelabuhan untuk mencoba ke Nusakambangan. Dugaan saya diputarbalikkan saat sampai di Pulau Nusakambangan, ternyata pulau ini tertata rapi dan mempunya potensi wisata pantai.

Pantai di Nusakambangan

Di Cilacap jangan tinggalkan kesempatan berfoto di depan tangki-tangki milik Pertamina, ya.. dimana lagi anda bisa berpose dengan latar belakang tangki-tangki raksasa?... Setelah cukup, kami beranjak kembali ke mobil, menyetir kembali di jalan-jalan Jawa Tengah dan memilih ke arah Dieng, tempat yang memiliki sisi romantisme antara saya dan istri saya. Jalan yang kami pilih adalah melewati Banjarnegara, saya terkejut saat sampai di Banjarnegara, bagaimana tidak, ini merupakan kali pertama kali saya ke sana... *apalagi istri dan anak saya*..

Saya baru tahu di Banjarnegara ada tempat yang asik untuk liburan, namanya Surya Yudha Park, akhirnya karena bujuk rayu, saya dan anak saya nyemplung sebentar. Disini ada beberapa wahana yang keren, ada kolam air, kolam ombak, hingga rafting.... tak sempat ke Singapura? replika patung Merlion pun ada..

Kolam Surya Yudha Park, Banjarnegara

"iki Jawa Tengah tho? nggumun aku..." guman saya sebelum meninggalkan Banjarnegara.

Setelah cukup, kami teruskan perjalanan ke Wonosobo dan puncaknya ke Dieng, jalannya yang berkelok-kelok mengingatkan saya dengan istri waktu bisanya motoran, jalan-jalan ke Dieng hanya untuk menikmati udara gunung yang sejuk terus langsung pulang lagi, karena kalau telat pulang kabut di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing sudah pekat... tak aman...

Telaga Warna, Dieng

Makan jagung bakar dulu

Menyantap jagung bakar sambil melihat keindahan alam yang dimiliki Dieng ternyata melupakan saya dari rutinitas pekerjaan, tak terlihat angka-angka di Dieng, yang ada adalah keindahan dari Sang Kuasa.. ahh.... kecantikan sunrise di bukit Sikunir yang tak sempat kami lihat sudah cukup terobati dengan suasana seperti ini ditambah kesempatan menghabiskan semangkuk Mie Ongklok khas Wonosobo yang istri saya sangat suka.

Kami sudah menginap di daerah Cilacap, istri saya sudah dapat SMS dari temannya yang ngajak main ke Bandungan, mereka bareng keluarga juga... pucuk dicinta ulam pun tiba, diputuskanlah menginap sharing di Bandungan, daerah sekitar Ambarawa yang menyimpan spot wisata menarik. Perjalanan dari Wonosobo pun dilanjutkan, lalu menembus jalan kecil di daerah Sumowono, daerah dengan jalan menegangkan bagi yang suka perjalanan darat. Rute ini diberi tahu oleh rekan saya dari Semarang, kamipun sampai di Bandungan dengan cepat dan selamat.

Penginapan di Bandungan, brrrr....

Jawa Tengah terkenal dengan pesona sejarahnya, banyak candi-candi, museum dan bangunan bersejarah menyimpan pesona wisata tersendiri. Salah satunya candi Gedong Songo yang termasuk candi Hindu ini berada di Bandungan, dekat tempat saya menginap. Suasana sejuk khas pengunungan dan pemandangan yang apik tersaji disini. Tak banyak candi yang berada di dataran tinggi di Jawa Tengah, saya hanya tahu tiga tempat, di Bandungan, Tawang Mangu dan Dieng.

Kawasan Candi Gedong Songo

Menaiki kuda di kawasan Candi Gedong Songo

Anak dan istri saya menikmati bermain di sekitar candi Gedong Songo ini, bagaimana tidak, disini yang merupakan objek wisata ada fasilitas tunggangan kuda yang mungkin sulit didapat, walaupun bertarif? coba dimana? Bromo? Lembang?.. Tawangmangu? Ini sebuah kemajuan pariwisata.

Tak jauh dari Bandungan kami berhenti sejenak di Umbul Sidomukti, tempat yang menurut istri saya dari hasil googling dan blogwalking ada tempat bermainnya. Akhirnya nyemplung juga di kolam yang mempunyai pemandangan indah tersebut.

Umbul Sidomukti

Pemandangan dari Umbul Sidomukti

Perjalanan belum usai, dan anak saya yang powernya lebih, gimana coba, kami udah capek dia masih on fire, saya kadang gumun sama anak satu ini, tahu aja kapan harus tidur dan kapan on fire. Kalau jalan masih jauh dia tidur di mobil, bangun kalo pas laper, pas mobil berhenti macet atau sampai tempat tujuan, apa indera keseimbangannya punya pendeteksi khusus kendaraan berhenti, mana kadang ngeces juga, hehe.... untungnya istri saya selalu bawa baju ganti lebih, kadang-kadang kalau anak saya keringatan bajunya diganti.
Kota terdekat adalah Ambarawa, di sini ada museum yang terkenal dan satu-satunya di Indonesia, yup adalah Museum Kereta Api, museum ini menyimpan koleksi dari lokomotif yang pernah berjasa untuk membangun Indonesia, dan mungkin ikut dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Museum Kereta Api, Ambarawa

Saya dan istri sempat beradu argumen tentang tujuan selanjutnya, Magelang atau Salatiga? saya memilih Magelang ada tempat penginapan yang cukup lumayan, ada tempat permainan taman Kiyai Langgeng, ada mall, kulinernya juga lumayan seperti favorit saya Sop Snerek namun apa dikata justru Salatiga yang dipilih, walaupun jurus alasan saya "kan dari Magelang bisa langsung Salatiga via Kopeng"... alasannya simpel, karena ada keluarga yang menawarkan tempat menginap yang tentunya bisa mengurangi biaya, dan kalau mau bermain dia yang bertanggung jawab. Okelah, berbekal GPS kami dari Ambarawa melewati Banyubiru, daerah pinggir Rawa Pening yang terkenal menuju Salatiga.

Esok paginya, saya langsung menikmati teh panas serta ketela goreng buatan saudara istri saya, batin saya inilah karakter wong Jowo yang ramah, di pagi itu juga saya berfikir keras apa yang bisa dinikmati oleh anak saya di sekitar Salatiga, pikir saya bangunan bersejarah atau lainnya... ternyata lamunan dihentikan oleh anak saya yang berlari keluar dari rumah, saya pikir gempa atau ada apa, ternyata odong-odong sudah ada di luar rumah.

Bocaaaaah... ternyata nyari odong-odong

Mobil gowes di Lapangan Pancasila, Salatiga

Malamnya menikmati suasana riuh di Lapangan Pancasila, Salatiga, naik mobil gowes... ahh, begini saja anak saya sudah senang... Wisata tak hanya ke tempat - tempat terkenal saja, tapi dengan menikmati hal-hal yang tidak terdapat di rumah itu juga termasuk wisata.

Kota Solo (dari kata Sala) atau kadang disebut Surakarta sangat membekas di pikiran saya, gimana nggak.. di kota ini saya mengalami bandel-bandelnya saya... patah tangan sampai dua kali di lapangan bola yang sama, bocor kepala sampai harus ngendon di Rumah Sakit, di kota ini pula saya digembleng untuk mandiri dan bangkit dari keadaan untuk meraih cita-cita... Dari sekian banyak hal terbesit dari kota Soto dalam pikiran saya hanya dua waktu itu.. HIK (Hidangan Istimewa Kampung alias Angkringan) dan Soto, pilihan jatuh kepada semangkuk Soto, eh tiga ding.. 

Soto Ayam Pak Harto
Soto berkuah bening khas solo dengan suwiran ayam ini sangat memanjakan lidah saya ditambah sate ayam yang bisa saya habiskan 5 tusuk sendiri, penjual soto ini sudah dua generasi berjualan, saya termasuk beruntung bisa menikmatinya.

Kami menginap di Solo Paragon Hotel, hotel yang saya tahu terletak di tengah-tengah kota Solo, dekat lapangan Kotabarat yang terkenal dengan tempat kuliner kota Solo, menu susu segar coklat panas dari Shi-Jack favorit saya.

Malamnya di hotel, telepon istri saya berdering.. Tetangga saya sebelah rumah yang ternyata orang Cepu memberikan rekomendasi destinasi wisata di Blora. Sambil manggut-manggut istri saya mencatatnya sambil bilang ke saya setelah menutup teleponnya "kita belum pernah ke sana kan pah?"

Setelah renang dan check out dari hotel kami langsung ke bergerak ke Tawangmangu, rencananya kami mau ke Grojogan Sewu, kebun Teh Kemuning dan mendongengkan kepada anak saya tentang serunya camping dan mendaki Gunung Lawu. Sampai di Tawangmanu, dan membayar retribusi kami baru sempat berhenti makan di sebuah warung, ketika memeriksa mobil, lampu kabut sebelah kiri pecah terkena batu dan mungkin konslet sehingga lampunya mati, mungkin karena ada saja batu di jalan berkelok-kelok sehingga kami terpaksa demi alasan keselamatan karena lampu mati kami harus segera kembali ke Solo dan hanya menikmati makan di Tawangmangu dan menghirup udara sejuknya lereng Gunung Lawu yang tak tergantikan... Di Tawangmangu saya sempat bercengkrama dengan rombongan touring dari Jogja yang mau ke Madiun, mereka memilih lewat Tawangmangu karena ingin menikmati keindahannya.

Mampir di Warung Makan Bu Sri, Tawangmangu

Untung saja di Solo ada bengkel yang dapat menangani kasus mobil kami, sehingga lampu mobil bisa menyala kembali dan segera kami menuju ke daerah tetangga saya, Cepu.. Perjalanan ke Cepu dari Solo bagi saya merupakan perjalanan yang paling berat dan menantang di Jawa Tengah.

"jika menghindari lubang di jalan itu membuatmu semakin cinta dan ingat dengan jalan tersebut, maka nikmati setiap goyangannya, karena pas kamu kembali lewat jalan yang sama, belum tentu goyangan itu masih ada..."

cek ban dulu


Jalan menuju ke Cepu mengingatkan saya sewaktu dulu pernah ditugaskan terjun ke masyarakat di Juwangi, Boyolali.. melewati dan membelah hutan yang hawanya panas, ditambah ban kempes. Sesampainya di Cepu kami langsung tidur, capeek..

Grand Mega, Cepu

Paginya kami diajak menikmati wisata sumur minyak Wononcolo, satu-satunya sumur minyak di Indonesia yang ditambang oleh rakyat, bagi saya orang teknik, ini sangat menarik sekali.

Sumur minyak yang ditambang rakyat

Selama perjalanan dari Cepu ke Semarang, kami tak sempat ke Lasem sehingga tidak banyak yang spesial, kecuali hati dan pikiran saya dibuat terhenyak oleh diskusi dengan ibu penjual nasi Gandul di alun-alun Pati, anaknya sukses kerja di pertambangan daerah Kalimantan, karena dia termasuk yang berhasil di sekolahnya... Kami dibuat tersadar, pariwisata tidak sekedar foto, tapi ada cerita dibalik aktor pendukung dan keluarganya yang sukses karena pariwisata.


Ahh... sampai juga di Semarang, masuk kota ini langsung ingat jaman AADC, gimana tidak.. saya dan teman-teman dulu rela ngebis dari Solo ke Semarang hanya untuk nonton bioskop.. hahaha... kali ini tidak ada nostalgia nonton bioskop, yang kami tuju pertama kali adalah warung Bakmi Semarangan Dul Numani, di Jalan Pemuda, Semarang.. mau nostalgia mie dulu... Mie Goreng yang saya pilih karena teksturnya dan rasa mie yang cenderung manis menjadi alasan saya memilihnya.
 
Jalan Pemuda diwaktu malam

Mie Goreng Semarangan


Menginap di mess Masjid Agung Jawa Tengah

Sejatinya kami di Semarang mau beristirahat, karena dipesankan satu kamar mess di Masjid Agung Jawa Tengah oleh saudara saya, lalu mengakiri perjalanan dan kembali ke Jawa Barat. Tapi rugi kalau sudah ke Semarang tapi tidak berkunjung ke rumah teman, namun acara silaturahmi dibatalkan karena dapat info kalau anaknya teman istri saya dirawat di salah satu rumah sakit di Semarang, kami pun ke sana. Ke rumah sakit di Semarang mengingatkan saya akan RS Tlogorejo sekarang besar dan baru, namun suatu prasasti di dalam rumah sakit tersebut mengingatkan saya tentang umurnya, bangunan yang mungkin dulu mempunyai sejarah khusus. Potensi bangunan-bangunan bersejarah di Semarang tentunya sangat banyak, mulai dari bangunan di kawasan kota tua hingga Lawang Sewu yang terkenal.

Langsung akrab

Prasasti di RS Tlogorejo, Semarang

Siangnya kami memutuskan untuk kembali ke Jawa Barat, mengakhiri perjalanan kami melintasi Jawa Tengah dengan pesona wisatanya. Saat sampai daerah Kendal, saya sempat berhenti sebentar karena melihat ada rumah-rumah yang bentuknya aneh, ternyata itu kawasan pembuatan batu bata di Kendal, potensi wisata disini tentu saja sangat tinggi dan bisa jadi kawasan wisata baru di Jawa Tengah. Bagaimana tidak, dimana lagi ada kawasan wisata pembuatan batu bata? Kalau saja kawasan sentra pembuatan genteng seperti di Kebumen dan sentra pembuatan batu bata di Kendal dijadikan kawasan wisata, masuk dalam hot-spotnya google map, tentu akan menambah minat orang-orang yang mempunyai passion di bidang teknikal dan travelling untuk mengunjunginya... mungkin beberapa tahun kemudian ada wisatawan yang bertanya kepada pengrajinnya... di suhu berapa pak pembakaran batu bata yang sempurna? sudah ada hasil laboratoriumnya belum?... mimpi yang mungkin bisa menjadi nyata..


Kampung pengrajin batu bata, Kendal

Masih ada suatu daerah lagi yang memiliki sejarah romantisme saya dengan istri saya, daerah yang dari sejarahnya merupakan daerah kremun-kremun dari pulau Jawa oleh Sunan Muria, yup saat ini disebut Karimun Jawa yang masuk daerah Jepara. Karimun Jawa masih tertulis di Dive Log saya dan istri sebagai tempat menyelam. Menyelam kembali di Karimun Jawa tentunya sungguh menyenangkan... Dan anda bisa melihat destinasi lainnya di website resmi Pariwisata Jawa Tengah.

Perjalanan diakhiri dengan menekan pedal gas ke arah barat melewati Pemalang hingga Brebes menuju Jawa Barat, rumah, woow.. what a great journey...


Pemalang, lanjut....

Lebih ribuan kilometer sudah ditempuh saya, istri dan anak saya bersama mobil kecil ini di Jawa Tengah dan memberi pengalaman mengasyikkan. Gayeng tenan...


Tips dari saya :
- Istirahat bila lelah, banyak lokasi tempat istirahat dan di Jawa Tengah orangnya ramah-ramah
- Pilih istri yang bisa nyetir, hahahaha... biar bisa gantian kalau capek, bercanda ding.. kalau bisa.. kalau gak bisa, istri suruh belajar nyetir...
- Cek kondisi kendaraan secara rutin
- Peta jalan sangat perlu, namun yang paling perlu adalah bertanya "nyuwun sewu, kulo keblasuk niki.. arah ten ...(tujuan).... pundi nggih?" yang kalau diartikan "mohon maaf, saya tersesat, arah ke (tujuan) mana ya?"

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah

26 September 2016

Mengasah Keberanian di Kopeng Treetop

Low season seperti ini memang enaknya liburan, namun karena belum dapat izin cuti yang panjang sih sebenarnya dari atasan dan tiba-tiba ada pekerjaan yang tidak dapat ditunda, so... anak istri aja yang liburan ke Salatiga.

Dekat Salatiga, di Kopeng, ternyata mempunyai salah satu wahana untuk outbond yang cukup menantang dan membuat anak bisa lebih berani yaitu Kopeng Treetop. Kopeng Treetop sendiri baru dibuka kembali setelah hampir 3 tahun lebih vakum karena kendala perizinan.

Kalau pas di sekitar Semarang-Solo-Magelang dan belum sempat menyambangi Treetop seperti ini di Bandung atau Bali, lokasi Kopeng Treetop ini merupakan salah satu alternatif.



Untuk sampai ke Kopeng Treetop dari arah Salatiga kita menuju jalan Salatiga-Kopeng dan belok ke kiri setelah ada rambu


Kebetulan, karena menggunakan mobil dan jalannya cukup kecil harus bergantian.



Sebelum masuk ke Kopeng Treetop, kita dikenakan biaya masuk :
- Tiket Mobil : Rp. 5000
- Tiket Masuk : Rp. 5000 / orang (anak-anak dihitung dewasa)
- Asuransi Rp. 1000 / orang
- Tiket Masuk Taman Nasional Gunung Merbabu Rp. 5000 / orang




Karena permainan ini merupakan salah satu aktivitas yang berisiko, kita harus mematuhi safety rules termasuk menerima arahan dari instruktur. Untuk mulai bermain dikenakan biaya Rp. 110.000,- per orang (anak) dan Rp. 160.000,- per orang (dewasa) sudah termasuk sewa peralatan dan diberikan pengarahan oleh instruktur.



Wahana permainan di sini ada beberapa tingkatan, mulai dari yellow, green, blue, red hingga black.. kali ini anak saya mencoba yellow dan green sebagian.



Beberapa momen yang diabadikan seadanya (lupa bawa kamera)... 




Yang menjadi poin plus adalah anak diajarkan mandiri untuk memindahkan tali pengaman dari satu sling ke sling titian yang lain.


Di sela-sela anaknya bermain, malah ibunya cari makanan.. yang anget-anget ada wedang ronde.



Sempat agak grogi di titian yang lebih tinggi, akhirnya ada momen dimana instructur men-rescue anak saya.. tetap semangat ya nak...



So.. kapan liburan..?

Link Menarik : Kopeng Treetop

Copyright © West Borneo Road Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com