Indonesian who support traveling with family or kids, take photo and diving

31 March 2019

From airport to Jakarta city center using airport train | Ke pusat kota Jakarta dengan kereta bandara

Going to Jakarta city center from Soekarno-Hatta International Airport today is easier than before. Compare to last five to ten years back, we just have minibus (travel), big bus and taxi as options for public transportation. Today we have airport train which is fast, less traffic dependent and it is directly to the city center, near to the business area as one more option for public transportation. How to do it? 



Mau ke pusat kota Jakarta dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekarang sudah lebih mudah dari sebelumnya. Membandingkan situasi lima sampai sepuluh tahun ke belakang, kita hanya memiliki pilihan dengan travel minibus, bus besar (Damri) dan taksi sebagai pilihan transportasi publik. Saat ini sudah ada kereta bandara sebagai tanbahan pilihan transportasi publik yang cepat, tidak tergantung pada kondisi lalu lintas dan tujuannya langsung ke pusat kota, dekat dengan pusat bisnis. Gimana caranya?

30 March 2019

Libur, (dalam kata lain) Berhenti Sejenak

Lama sekali rencana tulisan ini berada di tab draft, berkali-kali ubah judul, ganti sistematika tapi topiknya tetap sama, memaknai arti "libur dari sebuah aktivitas dan berhenti sejenak." Mundur ke belakang, ketika hari-hari itu disibukkan dengan rutinitas pekerjaan, saya gak bisa bilang penat karena emang enjoy banget, i'm really into it.. pergi pagi, pulang malam, pesan ke ponsel masuk 24 jam, sampai rumah berdiskusi dengan keluarga tentang banyak hal dan sebenernya campur aduk (bukan kaya bubur juga sih..). Oya tulisan ini gak usah dibaca seri

"Mungkin awalnya saya berfikir, ah mungkin cuma keinginan saja.. everything already set for us.. why should I start again now?.. tapi lama kelamaan ada juga hasrat untuk mewujudkan bisikan itu."
an opening part from my posting after applying for master degree 

Banyak alasan kenapa akhirnya saya memutuskan untuk "Libur" versi panjang, dan kesemuanya itu seperti alunan nan merdu, ya karena emang ga bisa nyayi mungkin kalau ada problem dikit itu karena saya sendiri sih.. awalnya dari kesempatan tes kemampuan bahasa Inggris (emang program kantor juga) eh nilainya kok lumayan borderline, dipanggil untuk tes beasiswa dari kantor (gagal, ye elu gak belajar, trus emang belom rejeki). Tapi justru ini yang jadi pemantik semangat, lebih tepatnya questioning myself. Sambil menjawab pertanyaan yang timbul itu, ya usaha juga.. gak smooth-smooth juga perjalanannya. Mau tes IELTS atau TOEFL gak segampang yang dikira, wong tinggalnya di kota kabupaten yang mau kemana-mana perlu waktu tempuh yang tidak sedikit untuk ke kota besar tempat diselenggarakannya tes-tes model begituan, kalau belajarnya udah jelas mau gak mau jadi modal yutub, modal buku, bikin English day dengan temen kantor. Tapi justru dorongan terbesar justru ada pada kabar-kabar mau pindah tugas (lagi) dan I'dont know the reason, why i can get job assignment to another department, but why i can't chose my way by myself?

Hari-hari ketika aplikasi untuk sekolah dikirimkan sebenarnya menyenangkan, karena membuat banyak probabilitas dan menyesuaikan dengan kemampuan baik kemampuan akademik, bahasa maupun lainnya. Udah gak mikir, gimana caranya daftar, mau bayar biaya daftar pakai apa yang penting applikasi diterima. Eh... ternyata lebih berat lagi pas dapat LOA unconditional, menatap keluarga serasa berat, berkata pada mereka kalau diterima juga berat, konsekuensinya cuma dua buat kami, ambil atau tinggalkan.

Mengurus unpaid leave juga ternyata menghabiskan waktu banyak, bolak balik ke ibukota karena ya emang disana ngurusnya. Bargaining dengan kantor adalah masalah jurusan, saya ambil master bidang renewable energy, ranking universitas di bidang enjinering, dan penjelasan bahwa gak banyak universitas yang menyediakan program ini, walaupun di Eropa juga ada sebenarnya. But decision is decision, whatever the risk, we must faced it. Berangkat ke Taiwan pun masih berbekal ijin cuti, ijin resemi unpaid leave baru diemail setelah 2 minggu di Taiwan.

College of Engineering, departemen saya yang warna putih, mana hayoo?

27 March 2019

24 March 2019

Prayer Room di Changi Airport, Hong Kong Airport, Taoyuan Airport

Setelah post tempat Sholat Jumat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, saya berkesempatan untuk berkunjung ke beberapa bandara lain yang ternyata sudah mulai menyediakan tempat ibadah, tapi ini masih di kawasan Asia. 
  • Changi International Airport, Singapura
  • Hong Kong International Airport, Hong Kong
  • Taipei Taoyuan International Airport, Taipei, Taiwan

Tentunya bagi wisatawan muslim, ini menjadi daya tarik tersendiri karena selain menjadi bandara tujuan, seringkali bandara tersebut merupakan bandara transit kalau sedang perjalanan. 

Changi International Airport, Singapura
Di bandara Changi, hampir di setiap terminal disediakan prayer room. Kali ini saya berkesempatan landing dan transfer (layover) setelah penerbangan menggunakan Scoot, di Terminal 2. Untuk kalian yang akan melaksanakan sholat bisa ke area transfer. Di dalam prayer room juga disediakan tempat wudhu jadi tidak ribet kalau mau wudhu.

Prayer room di Changi (Terminal 2)

21 March 2019

Mendapatkan SIM Card Telekomunikasi atau Paket Internet di Hong Kong

Hong Kong masih menjadi primadona untuk pelancong tidak hanya dari Indonesia, namun juga dari negara-negara lain. Salah satu yang dibutuhkan para pelancong adalah paket internet atau komunikasi. Pun begitu saat di Hong Kong. Untuk beli sim card ada beberapa pilihan saat tiba di Hong Kong.

beberapa local sim/data card di 7-Eleven


07 March 2019

Pengalaman Berlari FM 42K di Standard Chartered Taipei Marathon

Saya masih tidak bisa percaya kalau bisa menyelesaikan Full Marathon di Taiwan, wow.. bisa dibilang ini termasuk even lari pekerjaan yang berat. Selain berat badan yang tidak mendukung untuk berlari dengan nyaman, waktu latihan yang cuma sedikit hingga COT yang ternyata cukup challenging.

medali dan Taipei 101 di kejauhan

Mikirnya sih seperti pengalaman-pengalaman yang sebelumnya lari di even Standard Chartered lainya seperti di Singapura atau di Standard Chartered KL Marathon yang COT-nya panjang. Ternyata COT-nya di Taipei cuma 6 jam, jadi ya harus finish di zona kepala 5 jam, huhuhu..

Blog Archive

Copyright © West Borneo Road Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com