Taiwan, nagari tempat saya tinggal saat ini tentunya masyhur dengan teknologi terutama bidang elektronik, lebih spesifik lagi komputer dan telekomunikasi selular. Pun kasak-kusuk tentang teknologi ini ramai dibicarakan oleh mahasiswa -no offense bahkan hingga detik-detik terakhir menjelang kepulangan setelah dinyatakan lulus.. Mungkin supaya lulus dari Taiwan tak hanya berbekal "再见".
Termasuk saya dan beberapa teman di kampus yang sering lihat -cuma lihat lho.. sambil refreshing di salah satu distrik perbelanjaan barang elektronik. Tak hanya itu, portal e-commerce pun disambangi, tentunya untuk bisa berhasil membeli barang, keberanian menulis atau merangkai kata-kata dalam bahasa mandarin pun dibutuhkan, uniknya.. Ketekunan itu memang kunci utama keberhasilan, entah tekun menggunakan bahasa mandarin walaupun dalam mata kuliah bahasa tidak juga berada pada top tier, atau berhasil menunggu dengan tekun hingga ada barang yang diperlukan dengan harganya yang jauuh dibawah harga pasar, ibaratnya jatuh tersungkur.
Lain halnya, teman-teman ada yang lebih memilih berburu smartphone -karena memang perlu.. produk dari Apple, Sony dan HTC menjadi pusat perhatian karena banyak sekali ditawarkan di portal e-commerce dengan harga yang bersahabat (nabung dulu berbulan-bulan, red).. Salah satu yang kali ini cukup membuat saya terpikir untuk menulis adalah produk dari HTC. Sejak medio 2011-2012 sewaktu di Indonesia saya sudah menggunakannya bahkan ponsel yang sudah menggunakan teknologi 4G masih berguna sampai Taiwan. Lain halnya dengan HTC yang lainnya, saya harus merelakannya saat tak mau lagi hidup di atas tebing pantai Gesing.
headset, adaptor USB Type-C to 3.5 jack, ponsel HTC U Series |
Jika rangking pertama adalah produk Apple seperti iphone atau ipad yang jadi incaran, disusul oleh produk dari Sony untuk ponsel pintar Xperia maka ketiga dapat dipastikan jatuh ke HTC. HTC sendiri produk lokal Taiwan yang mendunia, tapi tahu HTC U series gak? -no offense tapi HTC U series mendadak jadi primadona, memang di Indonesia sendiri tidak semua lineup HTC U series dipasarkan, hanya U11 setelah keluarnya HTC 10 yang semuanya flagship dan gak ramah dompet termasuk kartu ATM, haha...
Lain halnya di Taiwan, hampir seluruh HTC U series dipasarkan, mau U11, U12, U Ultra.. Nah yang menarik adalah U Ultra yang harganya -kalau beruntung- dapat harga yang cukup miring dengan kualitas yang masih baik. Bukannya promosi, tapi menurut rekan saya ini U Ultra itu ponsel idaman, prosessor yang pernah menjadi salah satu yang terbaik di kelasnya, layar lebar -mendekati phablet, dan yang terpenting dual SIM. Jarang-jarang ponsel dengan prosessor Snapdragon disematkan untuk ponsel dual SIM. Kalau mau lihat spesifikasi full bisa lihat di website gsmarena.com.
Risiko tak punya U Sonic headset
Beli secondhand untuk dipakai di Taiwan memang pilihan masing-masing, tentunya ada risiko yang menyertai seperti tidak lengkapnya aksesoris. Nah... salah satu yang menjadi momok ketika mendapat HTC U series seperti U11, U Ultra, maupun U Play yang tidak lengkap adalah tidak adanya konektor ataupun headset U Sonic yang menjadi trademark dari HTC.
konektor htc U Sonic, ya.. untung-untungan.. kalau dapat ya syukur.. |
Konektor U Sonic memang sedikit unik karena tanpa konektor ini, kita tidak dapat menggunakan ponsel ini lebih intim, hahaha.. yup karena headphone ataupun earphone bahkan headset yang mungkin sudah menjadi favorit kita sebelumnya menjadi sia-sia karena gak bisa dipakai.
For indeed, with hardship [will be] ease
One of my favorite verse, tapi itu memang yang perlu dicari untuk menyelesaikan problematika ini. Mau gak mau harus tetap beli konektor USB-C to 3.5 audio. Kalau mau yang ori ya bisa pesan di pchome.com.tw. Tapi kala sudah terlanjur beli yang biasa trus dicolokin kok muncul peringatan kalau tidak kompatibel sih? Lha.. emang itu masalahnya.. udah "OK" dulu aja..
peringatan ketika USB Type-C to 3.5 adaptor dipasang |
Setelah itu kita perlu cek, apakah memang headset tidak bisa berfungsi dengan memainkan musik, bila suara keluar dari speaker ponsel, memang problem terjadi. Coba cari aplikasi Lesser AudioSwitch bisa di apkmirror.com, apkpure.com atau Google Play sendiri. Kalau belum sign-in ke akun Google di ponsel, bisa install dari dua web yang pertama dan beri permission untuk install.
Lesser AudioSwitch (saat ditulis, versi 1.6.7) |
Fungsinya aplikasi ini adalah tools untuk memaksa sistem adroid untuk mengeluarkan audio ke output yang diinginkan. Salah satu kelebihan aplikasi ini adalah bisa diset untuk terus ada di notification bar, sehingga bisa dengan mudah (1-2 klik) untuk mengganti output suara.
setting 1 |
setting 2 |
Setelah di-install, dicoba dan tuning sedikit supaya lebih mudah. Karena ini aplikasi tambahan, ada beberapa efek yang mungkin sedikit tambahan ekstra. Pertama.. mungkin nanti agak kesulitan ketika anda sedang mendengarkan musik dan ingin menurunkan/menaikkan volume padahal anda sudah menekan tombol volume up/down tapi tidak turun/naik, cukup tap bagian volume dan geser bagian media untuk menaikkan/turunkan volume.
setelah menekan tombol volume, tap tanda panah kanan atas akan muncul seperti ini |
geser bagian media untuk menyesuaikan volume yang diinginkan |
Yang kedua, walaupun konektor dicabut, aplikasi mungkin masih pada mode headphones, sehingga tidak ada suara otomatis yang keluar dari speaker ponsel, ya caranya tinggal swipe bagian notification bar dan tap bagian speaker..
tap "SPEAKERS" bila ingin output dari speaker ponsel, "HEADPHONES" untuk headphones |
Last Part, plug your jack and turn on the music
Test the voice, coba dengerin NCS Release-nya dari Different Heaven & EH!DE, Disfigure, Warriyo atau favoritmu lah..
****
So, don't worry.. just buy, install, wear your favorite headset and turn on the music..
0 comments:
Post a Comment